Teknologi RUN Tingkatkan Keuntungan Peternakan Rakyat

Dok UGM

YOGYAKARTA – Tim mahasiswa UGM mengembangkan Rumen Undegradable Nutrient (RUN) suplemen pakan ternak ruminansia menggunakan teknologi proteksi sehingga tidak didegradasi atau dicerna oleh mikroba rumen.

Suplemen ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan nutrien yang penting untuk mengoptimalkan produktivitas ternak.

“Pakan memiliki peran besar dalam produktivitas ternak. Hanya saja, sebagian besar pakan yang diberikan kepada ternak ruminansia berasal dari limbah pertanian dengan kualitas rendah, tinggi serat dengan protein yang rendah,” terang Muhammad Evan Magistrama, mahasiswa Fakultas Peternakan UGM, Rabu 15 September 2021.

Suplemen ini ia kembangkan melalui Program Kreativitas Mahasiswa bersama tiga mahasiswa lainnya, yaitu Rizqi Rahadian Pramana dan Jason Saut Hamonangan Siregar dari Fakultas Peternakan serta Almas Aufar Zhafran Nabil Romala dari Fakultas Teknologi Pertanian.

Ia menerangkan, kandungan serat dalam hijauan pakan ternak di Indonesia terbilang cukup tinggi sehingga sulit dicerna oleh ternak. Hal ini menyebabkan kebutuhan nutrien yang diperlukan ternak tidak tercukupi.

Penelitian yang dilakukan tim ini terdiri dari dua tahapan yakni, penelitian in vitro pada skala laboratorium dan in vivo berupa uji coba pada ternak. Pengembangan teknologi dilakukan dalam laboratorium untuk mengetahui tingkat proteksi suplemen pakan RUN di dalam rumen.

Baca Juga:  Memanfaatkan Saluran Irigasi untuk Budidaya Ikan Nila

Nutrien atau bahan yang digunakan adalah lemak yang berasal dari Crude Palm Oil dan asam amino (arginin, metionin, dan lisin). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, teknologi proteksi yang dikembangkan mampu mengurangi degradasi nutrien sekitar 40-50%.

“Hal tersebut tentu membuat nutrien asam lemak dan asam amino tidak didegradasi atau dicerna oleh mikroba rumen, sehingga dapat dioptimalkan untuk produktivitas ternak,” paparnya.

Penelitian kedua adalah uji coba pada ternak domba. Penambahan suplemen pakan RUN dapat meningkatkan pertambahan bobot badan harian (PBBH) domba.

Domba yang diberi RUN dengan level 2,5 dan 5,0% dapat memiliki bobot badan harian mencapai 24% dan 30% dibandingkan domba tanpa pemberian RUN. Selain PBBH, penggunaan RUN dalam pakan ternak domba mampu menurunkan nilai konversi pakan hingga 25-30%.

Evan menyampaikan, penggunaan asam lemak dari CPO dapat menjadi sumber energi dalam tubuh ternak. Selain itu, Arginin memiliki potensi dalam metabolisme kreatin untuk pembentukan otot, sementara metionin dan lisin berperan penting dalam metabolisme energi untuk mendukung produktivitas ternak.

Baca Juga:  Industri Pariwisata Indonesia Siap Gunakan GeNose C19

“Analisis ekonomi yang telah kami lakukan menunjukan, pemanfaatan teknologi RUN dapat meningkatkan keuntungan 50% lebih besar dibandingkan perlakuan kontrol. Hal ini didapatkan karena terjadi peningkatan efisiensi dari budidaya domba yang dilakukan yakni PBBH yang signifikan dengan konversi pakan yang rendah,” jelas Evan.

Dr. Muhsin Al Anas selaku dosen pembimbing menyampaikan, Program Kreativitas Mahasiswa menjadi ajang untuk mengembangkan keterampilan complex problem solving pada mahasiswa. Permasalahan bidang peternakan masih menjadi pekerjaan rumah yang banyak, oleh sebab itu adanya inovasi dari mahasiswa dirasa mampu menjadi angin segar untuk mengurai permasalahan tersebut.

“Teknologi RUN yang dihasilkan dapat menjadi inovasi untuk meningkatkan keuntungan dari peternakan rakyat. Harapannya hasil penelitian ini tidak sekadar menjadi penelitian semata, akan tetapi perlu dikembangkan menjadi inovasi bernilai ekonomi yang dikemas dalam bentuk Start-Up mahasiswa,” ucapnya. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *