SEDIKITNYA 15 kepala keluarga di Padukuhan Tambakrejo, Kalurahan Semanu, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, melaksanakan budidaya melon dengan sistem cerdas air. Mereka menerapkan teknologi penyiraman air secara otomatis.
Sistem cerdas air pertama kali diperkenalkan Tri Madi Wiyono, warga Tambakrejo RT 01 RW 43 Kalurahan Semanu. Kemudian cara menanam dengan irit air ini diterapkan oleh warga di sekitarnya, tidak hanya oleh para petani, tetapi juga warga kantoran atau warga yang kerja seharian.
Media tanamnya memakai galon yang cara pemotongan, pelobangan, dan pemasangan kain vanel sudah diujicoba oleh Studio Tani Kalisuci. Galon dipotong di posisi agak ke atas. Kemudian potongan atas dilubangi, empat lobang untuk kain vanel dan beberapa lobang untuk sirkulasi udara. Lantas dimasukkan ke potongan bawah dalam posisi terbalik.
Agar potongan atas menampung campuran media tanam cukup, maka perlu ditambah potongan plastik yang tebal. “Kami memakai potongan bahan bekas talang,” ujar Tri Madi Wiyono saat ditemui Wiradesa di Studio Tani Kalisuci Tambakrejo, Semanu, Kamis 19 September 2024.
Pemilik Studio Tani Kalisuci ini menjelaskan, media untuk menanam melon, campuran dari pupuk kandang, sekam, dan tanah. Sedangkan jenis melon yang ditanam jenis Melon Kinanti. Buahnya agak kuning, rasanya manis. Harga di pasaran antara Rp 20.000 sampai Rp 25.000 per satu kilogram.
Penanaman melon, umumnya di Greenhouse. Para warga membangun Greenhouse di sekitar tempat tinggalnya. Ukuran Greenhouse bervariasi, ada yang ukuran 3 x 8 meter ada juga yang ukuran 5 x 9 meter dengan tinggi 3 meter. Kerangkanya umumnya memakai bambu dengan atap plastik UV.
Setiap Greenhouse sudah dilengkapi dengan instalasi untuk penyiraman tanaman melon. Instalasinya memakai pipa paralon dan selang yang dimasukkan ke galon. Sistem pengaliran airnya ada dua. Dengan cara buka tutup kran dan dipasangi alat, warga menyebutnya “apung-apung”. “Jika dipasang apung-apung yang dialiri listrik, alat ini akan mengontrol sendiri aliran airnya,” jelas Tri Madi Wiyono.
Salah satu pemilik Greenhouse atau rumah kaca, Wasino mengemukakan Greenhouse miliknya berukuran 5 x 9 meter, diisi 150 galon yang ditanami melon. Usia panen 70 hari dan hasil panennya laku Rp 2 juta. “Lumayan untuk tambahan pendapatan keluarga,” kata Wasino.
Sedangkan pemilik Greenhouse lainnya, Dika, dikabarkan bisa membelikan emas istrinya dari hasil panen melon. Bahkan sekarang, dia yang seharian bekerja di luar rumah, telah memiliki 3 Greenhouse.
Warga lainnya, Anton Suwadi, bisa membangun kamar mandi dan toilet dari hasil panen melon. Dia sekarang bersemangat untuk menanam melon dalam galon. Apalagi sekarang banyak masyarakat dari luar daerah yang berkunjung ke Tambakrejo untuk melajar budidaya melon dengan sistem cerdas air.
Warga Tambakrejo kini bersepakat untuk memprogramkan Kampung Tangguh. Kampung itu singkatan dari kawasan masyarakat petani unggul. Unggulnya dengan galonesia yang menghasilkan buah melon organik. Tangguhnya, diharapkan masyarakat Tambakrejo RW 43 tangguh di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan religi. (Ono)