Budidaya Nanas dalam Buis Beton Manfaatkan Pupuk Kompos Limbah Janur

Nanas Nomporejo, persilangan nanas medusa dan nanas lokal (Foto: Wiradesa)

KULONPROGO – Limbah atau sampah, apa pun wujudnya, bila tak terkelola dengan baik pasti akan mengganggu lingkungan. Begitu pun dengan limbah janur atau blarak muda yang tak terpakai dan menumpuk dapat mengganggu bila teronggok di pekarangan terbuka.

Onggokan limbah janur pernah menjadi keluhan warga Padukuhan Sorogenen Kalurahan Nomporejo, Galur. Kepala Dukuh Sorogenen Rumidi mengisahkan, limbah janur berasal dari sortiran janur yang tak memenuhi standar kualitas jual untuk berbagai keperluan. “Janur limbah, janur rusak yang tak terpakai, tak laku dijual. Warga sambat dengan onggokan limbah janur,” ucap Rumidi saat ngobrol santai dengan wiradesa.co di kediamannya, akhir pekan lalu.

Selain keluhan limbah janur, warga setempat sempat terganggu limbah kotoran dari peternakan ayam yang menimbulkan bau kurang sedap. Mendapati keluhan warga tersebut, Rumidi mencoba mencari jalan keluar. Dia kemudian mengolah limbah janur dan kotoran ayam ditambah beberapa bahan lain hingga menjadi kompos dan media tanam yang bermanfaat salah satunya untuk budidaya nanas Nomporejo.

Baca Juga:  Pujo Sukirman, 15 Tahun Rasakan Manfaat Kompor Biogas Kotoran Sapi
Kepala Dukuh Sorogenen Rumidi menanam nanas dipupuk pakai kompos janur (Foto: Wiradesa)

Rumidi mengumpulkan sejumlah bahan untuk dijadikan kompos dan media tanam. Di antaranya, trycoderma, kotoran hewan; ayam, kambing dan sapi, sampah daun bambu, janur ditambah tanah, sekam, mineral. Pada kompos, proses fermentasi memanfaatkan limbah urin kelinci, air limbah tahu dan tetes tebu.

Selanjutnya media tanam yang terbuat dari campuran kompos dapat dimanfaatkan untuk berbagai tanaman seperti tanaman sayur dan buah. Di halaman rumahnya, Rumidi tengah mencoba pemanfaatan media tanam dan kompos olahannya untuk berkebun nanas yang ia beri nama nanas Nomporejo.

Nanas Nomporejo, penampakan fisik sedikit berbeda dengan nanas pada umumnya. Nanas yang ditanam Rumidi memiliki ukuran buah lebih besar dikelilingi anakan buah yang lebih kecil.

“Nanas Nomporejo masih uji coba untuk budidayanya. Belum banyak. Baru menanam delapan bibit,” terangnya. Nanas Nomporejo berasal dari persilangan nanas medusa dengan nanas lokal.

Nanas lokal setempat berukuran kecil, biasa tumbuh di pekarangan. Karena nilai ekonomi kecil selama ini nanas lokal tak dibudidaya, hanya tumbuh liar. Sementara nanas Nomporejo hasil kombinasi nanas medusa dan nanas lokal menurut Rumidi dikenalkan oleh warga Padukuhan 3 yang lebih dulu menanam. Melihat keunikan buah nanas hasil persilangan, Rumidi tertarik ikut menanam di halaman rumah. “Harapannya sih nanas hasil persilangan ini kalau hasil panen bagus, kualitas buah dan rasa memenuhi syarat, suatu saat bisa menjadi ikon Nomporejo, bisa diolah jadi produk sirup, selai dan lainnya,” jelas Rumidi.

Baca Juga:  Kafilah STQH Kulonprogo Mukminah Muhammad Wakili DIY ke Tingkat Nasional

Tanaman nanas Nomporejo miliknya ditanam pada media buis beton diameter 80 cm. Tinggi dari permukaan tanah 60 cm dengan kedalaman media tanam campuran tanah dan pupuk kompos setinggi 40 cm. “Dengan media tanam kompos memanfaatkan limbah sebenarnya biaya penanaman murah. Yang mahal justru buis betonnya. Namun, buis sengaja dipilih agar lebih kuat dan kelihatan menarik dari sisi penampilan. Tanaman nanas bisa sekaligus dijadikan sebagai bagian dari taman di depan rumah,” ujarnya. Sejauh ini, proses perawatan nanas Nomporejo terbilang mudah. Hanya butuh penyiraman manakala media tanam sudah mulai mengering. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *