Pengamen dengan Satu Kaki

Agung Budihartono bersemangat bermain gitar, bernyanyi, dan berjalan dengan satu kaki. (Foto: Wiradesa)

BANTUL – Pengamen di Pasar Pleret Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Selasa 14 September 2021, menarik perhatian pedagang dan pengunjung pasar. Dia tampak bersemangat, bermain gitar, bernyanyi, dan berjalan dengan satu kaki.

Suara pengamen disabilitas ini terdengar keras dan nyaring, membelah suasana pasar yang ramai setiap pasaran Pon. Lagu “Cinta dan Permata” yang dipopulerkan grup band Panber dilantunkan dengan lantang.

Para pedagang dan pengunjung pasar, tidak sedikit yang memberikan uang kepada pengamen bernama Agung Budihartono. “Terimakasih. Semoga Ibu Bapak terus sehat dan banyak rejeki,” ujar Agung, menyapa warga yang sudi berbagi rejeki.

Agung, warga Playen Wonosari Gunungkidul mengaku mengamen sejak tahun 2004. Dulu, dia ngamen di bus. Naik turun bus mengais rejeki dengan gitar kesayangannya. Sekarang, Agung banyak ngamen di pasar-pasar.

Pria disabilitas ini tak patah semangat untuk mencari rejeki (Foto: Wiradesa)

Meski kaki kirinya diamputasi, tetapi aktivis Pemuda Pancasila ini tetap bersemangat menjalani kehidupannya dengan mengamen. Agung mengaku pernah nyanyi bareng dengan Susilo Bambang Yudhoyono di Taman Parkir Wonosari. “Saat itu Pak SBY masih menjadi presiden dan Ibu masih sugeng,” ungkap Agung dengan bangga.

Baca Juga:  Masyarakat Internasional Percaya Indonesia sebagai Destinasi Wisata Aman

Sudah 17 tahun profesi pengamen dijalani Agung. Sebelumnya, hidupnya sempat terpuruk, sejak kecelakaan menimpanya saat dia duduk di kelas 3 SMEA. Akibat kecelakaan sepeda motor yang dikendarainya tahun 1999 di Ngalang Wonosari, kaki kirinya harus diamputasi.

Selama lima tahun, sejak mengalami kecelakaan, hidup Agung terguncang. Dia harus merelakan satu kaki kirinya dipotong. Masa depan yang diimpikan melayang. Perlu waktu yang cukup lama untuk bisa menerima kenyataan hidup.

Tidak mau terus terpuruk, Agung memutuskan untuk bangkit dan mencari rejeki dengan mengamen. Kemampuan bernyanyi dan bermain gitar, dia manfaatkan untuk mengais sesuap nasi dan mengisi hidupnya.

Kini pengamen disabilitas ini merasa bermanfaat dan mantap menjalani hidup sehari-hari. Dia jalani dengan ikhlas, berjalan dengan krek ke pasar-pasar, bernyanyi, dan bermain gitar, untuk mengais rejeki, meski covid mengintainya. (Ono)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *