KULONPROGO – Bambu cendani, jenis bambu yang bisa dimanfaatkan sebagai material eternit pada langit-langit bangunan rumah bahkan hotel bintang lima. Pemasangannya dengan cara disusun jadi bambu roll. Praktisi bambu sekaligus pengusaha produk terbuat dari bambu Mujimin menuturkan, bambu cendani termasuk jenis bambu yang berminyak.
“Bambu cendani jenis bambu yang berminyak. Jadi, tanpa finishing berarti, sudah punya karakter mengilap atau bersih. Semakin kering semakin kuning mengilap,” kata Mujimin ditemui di rumahnya di Nabin, Sidomulyo, Pengasih pada Selasa 14 September 2021.
Bambu cendani sejak awal 2021 oleh Mujimin telah dibikin menjadi pernak-pernik alat rumah tangga dan dipasarkan ke Belanda, Denmark, Perancis dan Spanyol. Dari komunikasi dengan konsumen, kemudian berkembang jadi sealing bambu, pagar bambu termasuk eternit bambu.
“Sekarang tengah mengerjakan eternit bambu untuk salah satu hotel bintang lima di Borobudur, Magelang. Pemesan menginginkan pencahayaan sehingga bambu roll disusun tidak rapat diberi jeda 0,5 centimeter,” ujar Mujimin yang konsisten berkecimpung dengan produk bambu dari anyaman gedek, pernak-pernik perabotan, kerajinan bambu hingga produk rumah bambu serta pembuatan berbagai konstruksi bambu sejak 2003.
Guna menghasilkan produk bambu berkelas dan berkualitas, Mujimin menetapkan kriteria ketat sejak proses pemilihan bambu. Bambu yang dia pakai mesti memenuhi beberapa persyaratan. Bambu yang ditebang minimal sudah berusia dua tahun. Untuk mendapatkan bambu dengan usia sesuai harapan dia berkoordinasi dengan para petani bambu. Bambu cendani yang dipilih sebagai bahan baku bambu roll ukuran pangkal berdiameter 3 centimeter dan panjang 3 meter. Lurus wajar atau bengkok wajar. Tak boleh cacat. Bambu cendani yang memenuhi kriteria akan digarang sebentar di atas api guna mengeluarkan minyak dan menghilangkan jamur.
Pada saat iklim usaha banyak yang sekarat akibat terdampak pandemi, usaha Mujimin tetap jalan. Dia berinovasi membuat kap lampu dan pada tahun ini justru mengirim sebanyak empat kontainer kap lampu ke Perancis. Pun dengan eternit anyaman bambu yang mengangkat nama Mujimin pertama kali dikenal sebagai tukang anyam gedek. Dia baru saja menyelesaikan pemasangan eternit anyaman gedek pada salah satu rumah makan baru di Kulonprogo. Rakitan bambu Mujimin juga terpasang sebagai alas dari material kontruksi pemecah ombak di kawasan Muara Bogowonto untuk mencegah abrasi di kawasan itu. Tak tanggung-tanggung ia membutuhkan hingga 40 ribu batang bambu.
“Progres November 2021 ada order pembuatan resto hotel di kawasan seluas 1,3 hektar. Diisi rumah-rumah bambu. Sebagai bentuk pertanggungjawaban perihal kekuatan konstruksi, saya sudah berkonsultasi dengan salah satu dosen Teknik Struktur UGM,” imbuh sosok yang bersahaja dan tak pelit berbagi ilmu bambu dengan siapa saja.
Perlakuan Bambu
Dijelaskan Mujimin, agar bambu yang dijadikan aneka produk tetap awet dan punya masa pakai lama, ada beberapa perlakuan yang bisa diterapkan. Dengan perlakuan tertentu, material bambu akan awet dipakai dalam jangka 10-15 tahun bahkan hingga 20 tahun. “Bambu akan kalah dengan alam. Misal bila kena tempias air dan kena panas matahari terus-menerus. Namun bila terlindung dari paparan matahari dan hujan, bambu akan tahan dipakai lebih lama,” ucapnya.
Perlakuan terhadap bambu dalam catatan Mujimin bukan dalam konteks mengobati bambu tetapi sebuah upaya mendorong keluar kandungan glukosa dan memasukkan unsur alam agar bambu terjaga dari hama.
“Hama menggerogoti bahan bangunan kayu atau bambu bukan makan batangnya tapi makan glukosa di bahan kayu atau bambu,” ungkap Mujimin. Perlakuan terhadap bambu agar aman dari hama menggunakan cara organik dan anorganik. Cara organik dimulai begitu proses penebangan langsung dilakukan treatment agar kandungan glukosa tak keburu mengkristal. “Cara organik pakai bahan tumbuh-tumbuhan dan rempah-rempah,” ujar Mujimin.
Berinovasi dengan aneka produk bambu, Mujimin mengakui dirinya mengikuti kebutuhan dan selera pasar. Mulai dari anyaman gedek, pernak-pernik kerajinan hingga bambu untuk konstruksi. Pasar meminta ragam A, B, C, dia berupaya keras merealisasikan kebutuhan pasar. Mujimin terus melangkah mengerjakan satu order berlanjut ke order berikutnya sembari menganyam asa. Dari pergaulan dengan konsumen dan dengan sesama pegiat bambu, ilmu baru selalu didapat.
“Kenapa pasar bambu menggila sejak 2010 sampai sekarang? Menurut saya di bambu terdapat nuansa etnik. Banyak orang ingin kembali ke masa lalu. Dulu sudah ada pengerjaan bambu untuk bangunan, rumah, keraton, masjid dan lainnya. Hanya saja di era masa kini dalam pengerjaan dikolaborasi dengan teknik dan sentuhan modern,” jelasnya. (Sukron)