Mujimin: Tiap Ulang Tahun Tanam Bibit Bambu

Mujimin menunjukkan hasil upaya konservasi dengan menanam bibit bambu di pekarangan dan pinggir kali. (Foto: Wiradesa)

KULONPROGO – Berkarya dengan produk bambu konsisten dijalani Mujimin. Melimpahnya rumpun bambu di sekitar rumahnya di Nabin, Sidomulyo, Pengasih mulai dilirik sebagai peluang usaha pada 2003.

“Selepas tak lagi bekerja di kota, saya melihat bambu sebagai peluang luar biasa. Awalnya jualan batang bambu disetor ke sejumlah sentra kerajinan bambu seperti ke Magelang,” kenang Mujimin, Selasa 14 September 2021.

Upaya Mujimin membuka usaha jualan bambu tak berjalan mulus. Ia beberapa kali kena tipu. Kiriman bambu ke sejumlah tempat tak dibayar lunas. Kekurangan duit pembayaran sulit ditagih. Lantaran tak dibayar, bambu yang sudah terlanjur ditebang dan belum dikirim akhirnya menumpuk. Ketimbang tak terpakai, iseng dia berniat memanfaatkan bambu untuk merapikan dinding rumahnya yang reyot.

“Belum sampai selesai pasang. Belum selesai membetulkan rumah, eh kok ada orang yang menawar anyaman bambu ukuran 2×3 sebanyak 9 lembar minta agar dipasang di rumahnya. Sejak saat itulah terlintas untuk bikin anyaman gedek,” katanya.

Meski laku terjual dan dipakai buat bayar utang, Mujimin mengaku bila dirinya tak langsung eksis dengan usaha anyaman bambu. Selain dukungan yang didapat, tak sedikit orang di sekitarnya awalnya meragukan. “Saya berusaha menepis keraguan dengan terus berupaya bangkit. Dengan gedek saya berusaha bangkit dan berlanjut hingga sekarang,” tuturnya.

Baca Juga:  Sebanyak 39 Ribu Peserta Ikuti Ujian Mandiri CBT UGM 2023

Seiring makin bertambahnya pesanan, kebutuhan bambu makin meningkat. Mujimin dan para perajin produk bambu sempat dilanda kegalauan bakal mengalami kesulitan beroleh bahan baku.

“Teori bahan baku bambu akan habis ternyata mentah. Kala penebangan bambu dilakukan dengan cara tepat, tak perlu menanam sebab dalam setahun akan tumbuh tunas rebung. Tebang satu tumbuh lima bahkan lebih,” ucapnya.

Meski tunas rebung bambu dapat tumbuh lagi dengan mudah, upaya konservasi tetap dilakukan. Mujimin pun mengajak wiradesa.co menyusuri rumpun-rumpun bambu di sekitar pekarangan rumah menyaksikan pohon bambu hasil tanamannya. Di pekarangan, diantara rumpun bambu, keahlian pada bambu dia tunjukkan. Tanpa mengetahui riwayat kapan waktu penebangan bambu sebelumnya, dengan intuisi yang kuat Mujimin menyebut satu persatu perkiraan usia pohon bambu.

“Upaya konservasi dengan menanam bibit bambu di pekarangan, di pinggir kali secara kontinyu. Juga setiap ulang tahun saya selalu menanam bibit bambu, juga bibit tanaman lain,” urainya.

Upaya konservasi dilakukan pula dengan cara penebangan bambu yang benar yakni dengan memotong bambu rata tunggak. Agar tunas rebung mau tumbuh. Sedangkan untuk menjaga kualitas produk bambu, penebangan bambu harus memenuhi batas usia minimal. Bambu cendani misalnya, minimal harus berusia dua tahun saat ditebang. Bambu apus untuk keperluan konstruksi harus berusia empat tahun dan dua tahun bila hendak dipakai sebagai bahan anyaman. Sedangkan bambu petung juga minimal berusia empat tahun. Meski terbilang sukses sebagai pengusaha produk bambu, Mujimin mengaku lebih suka hidup bersahaja dan jauh dari kesan mewah.

Baca Juga:  Menanam Porang Tumpangsari dengan Tanaman Keras

“Dulu rumah saya gubuk. Meski saat ini masih kategori rumah sederhana tapi bagi saya sudah mewah. Yang terpenting bisa tetap berbagi dengan teman-teman yang bareng-bareng kerja. Uang tidak ditumpuk tapi bagaimana agar terus berputar,” pungkasnya. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *