KEBUMEN – Dari hasil mengolah lahan masyarakat bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari berupa beras, sayur, buah ataupun lainnya. Seperti halnya Muhlisin seorang petani muda yang giat menanam. “Bertani sudah sejak lama. Tapi itu tak lepas dari riwayat keluarga yang juga petani sehingga membuat saya mudah memahami tentang pertanian,” kata Muhlisin (20), petani asal Gebangsari Klirong, Kebumen kepada wiradesa.co, Sabtu, 19 Juni 2021.
Berasal dari keluarga petani tak membuatnya merasa malu. Diceritakan Lisin, yang mengajari dia bertani tak lain bapaknya. Dari remaja, dia mengakui sudah terbiasa pergi ke sawah, menggarap lahan. “Jadi petani dijalani saja dengan niat yang baik pasti akan berkah,” terangnya yang juga alumni SMK Maarif 9 Klirong Jurusan Otomotif.
Saat ini Lisin yang sudah lulus sekolah diminta membantu mengolah lahan pertanian kepala desa setempat. Pada lahan seluas 75 ubin ia menanam kacang tanah. Kondisi airnya juga terkendali sehingga tidak perlu khawatir untuk irigasinya. “Karena posisi lahan pertanian berada di ujung memang cocok untuk tanaman seperti kacang tanah, kangkung, jambu biji, jagung,” ujar Lisin.
Kacang tanah, lanjutnya, salah satu jenis tanaman yang mudah untuk ditanam. Sistem penanaman hanya tinggal menyiapkan lahan dan benih. Untuk bibit kacang bisa dibeli di toko pertanian ataupun pasar. Selain itu, bisa juga lewat petani yang ingin menjual bibit kacang tanah. Menurut Lisin, harga bibit sekilonya sekitar Rp 20 ribu.
Saat media dan bibit sudah siap, petani bisa langsung mengeksekusi untuk menanam. Kacang tanah ditanam dengan jarak antara 15 sampai 20 cm. Setelah usia sebulan diberi pupuk kandang. “Nah untuk penyakit biasanya sejenis jamur yang bisa membunuh tanaman,” sambungnya. Berikutnya, usia dua bulan lebih baru bisa dipanen.
Beberapa hari lalu Lisin panen perdana ketika menggarap lahan kepala desa. Lahan seluas kurang lebih 75 ubin menghasilkan panen basah sekitar 287 kg. Namun, apabila sudah kering akan menyusut sehingga hasilnya kurang lebih 200 kg dalam keadaan kering. Kondisi saat ini yang sudah mulai musim tanam kacang, untuk harga pasaran satu kilo antara Rp 19 sampai Rp 20 ribu.
Meski tergolong masih baru dan belum banyak pengalaman dalam mengolah lahan pertanian, namun Lisin terhitung berhasil, ditilik saat panen. Walaupun bukan lahan milik sendiri, tapi dia merawatnya dengan sabar dan ulet seperti halnya merawat lahan dan tanaman milik sendiri.
Upah sebagai petani penggarap lahan biasanya diberikan setiap seminggu sekali. Satu minggu ia menerima Rp 390 ribu ditambah dengan uang rokok. (Nur Anggraeni)