Sapuah, Wanita Buruh Tani yang Tangguh

Buruh tani wanita tangguh (Foto: Wiradesa)

SUMENEP – Mencabuti rerumputan di sawah orang, dan mengarit padi merupakan pekerjaan yang akhir-akhir ini sering dilakukan Sapuah.

Dia salah satu buruh tani wanita yang tangguh, bertahan hingga sekarang. Menjadi buruh tani sudah dilaluinya sekitar dua puluh tahun. Hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya.

Ia mengatakan, dulu menjadi buruh tidak hanya dilakukannya sendiri. Tetapi dengan suaminya. Namun semejak suaminya meninggal sekitar tujuh tahun lalu, semua pekerjaan termasuk bertani di sawah sendiri dia lakukan seorang diri, kadang dibantu oleh anak-anaknya.

Upah yang dia dapat setiap hari dia gunakan sebagai modal bertani, selebihnya digunakan untuk kebutuhan pokok. “Hasil kerja untuk modal bertani, lebihnya buat bayar arisan dan untuk makan,” katanya saat ditemui wiradesa.co di Desa Bragung, Kecamatan Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep, pada Sabtu 19 Juni 2021.

Selain itu, alasan dia bertahan menjadi buruh tani, karena dia tidak ingin meminta uang kepada anak-anaknya. Dia tidak ingin menyusahkan anak-anaknya yang sebagian menjadi petani juga.

Baca Juga:  SIWO Sleman Gelar Rapat Kerja

Biasanya dia bekerja dari jam 07.00 sampai jam 12.00 dia memperoleh bayaran Rp 35 ribu, baik mencabuti rumput maupun mengarit padi. Kalau full seharian dia bekerja, dari pukul 07.00 sampai 17.00 dia bisa mendapatkan upah Rp 70 ribu.

Namun tidak setiap hari dia bekerja di lahan milik orang lain. Ada kalanya dia meluangkan waktu untuk merawat apa yang ditanamnya. “Tidak setiap hari. Saya kan juga bertani. Jadi saya sesekali tidak bekerja punya orang lain,” tuturnya. (Syarifuddin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *