Peternak Gunungkidul: Buruh Panen Padi Mencari Pakan Sapi

Panen padi di Baturetno, Banguntapan, Bantul, Kamis (11/9/2025), kerjasama antara pemilik sawah dan peternak pencari Jerami. (Foto: Wiradesa)

PULUHAN peternak sapi dari Gunungkidul, yang terdiri dari beberapa rombongan, Kamis 11 September 2025, berburu pakan di wilayah Banguntapan, Bantul. Mereka, umumnya peternak rumahan yang memiliki 2 sampai 3 ekor sapi.

Satu rombongan peternak sapi, biasanya terdiri dari 7 orang. Para peternak tersebut menyewa mobil pickup atau truk untuk mencari jerami pakan sapi. Jerami merupakan batang padi yang baru dipanen.

Saat berangkat ke lokasi panen padi, para peternak sapi sudah membawa mesin perontok, tali, alas gabah, dan sabit pemotong batang padi. Salah satu dari mereka sudah mencapai kesepakatan dengan pemilik sawah untuk waktu memanennya.

Kesepakatannya, selain waktu memanen, juga upah sebagai buruh panen padi. “Kami tidak dibayar dengan uang, tetapi dibayar dengan jerami,” ujar Sapari, peternak sapi dari Semoyo, Patuk, Gunungkidul, Kamis 11 September 2025.

Sapari mengungkapkan, untuk menyewa mobil pickup rombongannya harus membayar Rp 250.000. “Oleh pemilik sawah, kami dibantu seratur lima puluh. Sisanya ditanggung tujuh orang,” papar Sapari yang memiliki 2 sapi.

Baca Juga:  Dongkrak Hilirisasi Inovasi, UGM Pertemukan Inventor dan Investor

Rombongan Sapari tidak hanya dari wilayah Patuk Gunungkidul saja, tetapi juga dari Dlingo Bantul. Kebetulan mereka tinggal di perbatasan antara Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Bantul.

Salah satu rombongannya, Djumari, seorang peternak sapi dari Ngenep, Terong, Dlingo, Bantul, menjelaskan hasil dari jerami yang didapatkan dibagi rata untuk 7 peternak. Mereka bersama memanen padi di Padukuhan Pelem Kalurahan Baturetno.

Tujuh peternak yang menjadi buruh panen padi tersebut, ada yang memotong batang padi, mengusung ke dekat mesin perontok, memasukkan ke mesin perontok gabah, dan memasukkan gabah ke karung.

Setelah batang padi dirontokkan gabahnya, lalu jeraminya diikat oleh peternak dan ditata dengan rapi. Kata Santo, salah satu peternak, satu ikatan jika dijual akan laku antara Rp 8.000 sampai Rp 10.000.

Namun biasanya jerami hasil dari buruh panen padi itu untuk pakan sapinya sendiri. Tiga ikatan jerami untuk pakan sapi satu hari. Selain jerami, peternak juga ngarit rumput untuk campuran jerami.

Ikatan jerami hasil peternak sapi buruh panen padi. (Foto: Wiradesa)

Bagi peternak rumahan, seperti Sapari, Djumari, Santo, dan lainnya, memelihara sapi itu sebagai celengan atau tabungan keluarga. Sementara untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, para peternak mengandalkan hasil dari ladang atau sawah. Karena semua peternak itu petani.

Baca Juga:  Pemerintah Desa Plosogede Laksanakan Studi Tiru ke Kalurahan Condongcatur

“Harga jual sapi itu antara lima belas sampai dua puluh lima (juta),” jelas Sapari. Dia memiliki indukan sendiri dan anaknya setelah dipelihara 18 bulan lalu dijual. Jika usianya lebih lama, maka pakannya juga lebih banyak dan dinilai tidak efisien.

Sapi yang dipelihara sampai 18 bulan, umumnya laku Rp 15 juta sampai Rp 20 juta. Sapari mengaku menjual sapinya setiap dua tahun sekali dengan harga Rp 20 juta per ekor. Sehingga setiap dua tahun sekali, dirinya memperoleh penghasilan dari memelihara sapi sebesar Rp 20 juta.

Memelihara sapi bagi warga Gunungkidul merupakan tabungan atau jaring pengaman ekonomi keluarga. Saat keluarga membutuhkan dana untuk pendidikan, kesehatan atau kebutuhan lain, maka dengan jual sapi bisa menutup kebutuhan tersebut. Tidak perlu pinjam tetangga atau utang ke bank, apalagi sampai pinjam uang ke rentenir. (Ono)

Tinggalkan Komentar