JAKARTA – Produksi kedelai di tingkat nasional sebanyak 1 juta ton per tahun. Namun kebutuhan kedelai mencapai 2 juta ton per tahun. Sehingga ada kekurangan 1 juta ton per tahun yang selama ini dipenuhi dengan impor.
Jika harga kedelai impor sekitar Rp 10 ribu per kilogram, maka nilai impor kedelai sebesar Rp 10 triliun per tahun. Sebuah uang yang sangat menggiurkan. Jangan heran jika ada pihak yang tidak setuju Indonesia bisa memenuhi kebutuhan kedelai sendiri.
Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan terus melakukan upaya pemenuhan kebutuhan sumber pangan termasuk kedelai. Walaupun harus diakui, pengembangan kedelai lokal menghadapi tantangan berupa alih fungsi lahan di daerah-daerah potensial dan persaingan penggunaan lahan dengan komoditas pangan strategis lainnya.
Direktur Aneka Kacang dan Umbi, Kementan, Yuris Tiyanto akan memfasilitasi pengembangan kedelai seluas 52 ribu hektar yang tersebar di 16 daerah. “16 daerah tersebut yaitu Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Timur, Riau, Jambi, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Bali, Kalsel, Sulteng, Sultra, dan Sulbar,” ujarnya, Senin, 21 Februari 2022.
Kementan juga mengajak peran off taker sebagai avalis pembiayaan. “Dengan menggandeng off taker, maka dimungkinkan menjadi penjamin untuk pembiayaan KUR dan sekaligus pemasaran hasil petani kedelai,” ucap Yuris.
Penanaman kedelai seluas 52 ribu ha nantinya akan dijadikan benih pada luasan 30 ribu ha (dengan produktivitas benih 1 ton/ha) dan menghasilkan 30 ribu ton yang selanjutnya akan digunakan untuk areal tanam menggunakan anggaran non APBN.
Produktivitas kedelai yang dihasilkan diharapkan mencapai 1,7 ton/ha sehingga total kedelai yang dihasilkan di tahun 2022 diharapkan mencapai 1.040.000 ton atau senilai Rp 8,44 Triliun, dengan harga kedelai konsumsi per kg Rp 8.500.
Sebagai informasi, produksi kedelai dalam negeri kurang dari 1 juta ton per tahun sementara kebutuhan kedelai per tahun rata-rata mencapai 2 juta ton. Sehingga untuk mencukupinya, didatangkan kedelai dari luar negeri yang sebagian besar merupakan kedelai hasil rekayasa genetika (GMO). (*)