Sanggar Omah Cikal Merawat Ekosistem Perpustakaan Desa

Foto: Wiradesa

SEMARANG – Sanggar Omah Cikal adalah perpustakaan desa berbasis inklusi sosial, menjadi ruang bagi masyarakat Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, khususnya bagi pemuda untuk menyalurkan ekspresi dan mewujudkannya dalam bentuk karya. Bergerak dalam 3 pilar, pendidikan, lingkungan dan kewirausahaan.

Pada hari Selasa 12 Oktober 2021, Sanggar Omah Cikal mendapatkan kunjungan dari Pokja Desa Damai Wahid Foundation, Desa Telukan, Kabupaten Sukoharjo. Rombongan yang datang merupakan tim penggerak Perpustakaan “MAYUBA”; Memayu Hayuning Bawono, beranggotakan dari unsur PKK dan Karang Taruna.

Kunjungan tim Perpustakaan MAYUBA ke Omah Cikal bermaksud untuk berjejaring dan saling bertukar cerita tentang kegiatan dan keadaan perpustakaannya. Perpustakaan MAYUBA berfokus pada pendampingan anak-anak, mengajak untuk bermain dan belajar.

Kondisi Geografis Desa Telukan yang terletak diantara jalan raya Solo-Wonogiri dan menjadi pusat industri menimbulkan beberapa masalah yang telah diidentifikasi oleh tim penggerak MAYUBA. Diantaranya adalah kebanyakan keluarga berprofesi sebagai pekerja industri, yang bekerja dari pagi sampai malam, sehingga pengawasan dan pendampingan bagi anak-anak sangatlah minim.

Baca Juga:  Perkuat Mesin Partai, DPW PKB Jawa Tengah Lakukan Monev Kepengurusan Partai Tingkat Kecamatan di Purbalingga

Berangkat dari keresahan tersebut, Program yang mulai dikembangkan di Perpustakaan MAYUBA salah satunya adalah bimbingan belajar untuk anak-anak, yang dilaksanakan seminggu 2 kali.

Sama halnya dengan program yang dilakukan di perpustakaan Sanggar Omah Cikal, mereka memposisikan diri sebagai teman bagi anak-anak di wilayah Desa Ngrawan. Pendekatan dilakukan melalui hobi kolektif sehingga mempermudah dalam menyampaikan program.

Foto: Wiradesa

Anak-anak hobi bermain sepak bola diajak untuk lebih peka dalam melihat dan membaca Desanya. Salah satunya lewat keinginan anak-anak itu untuk memiliki seragam tim, akhirnya Sanggar Omah Cikal memfasilitasi keinginan tersebut, dengan syarat anak-anak harus mampu mengumpulkan uang, tanpa meminta kepada siapaun.

Disini anak-anak dituntut untuk menghasilkan karya yang bernilai jual. Lewat kompetisi video challenge #7harikkurangiplastik, anak-anak sangat antusias dalam mengikuti tantangan tersebut. Melakukan pendataan sampah tiap hari, membawa tumbler minum, dan membuat ekobrik.

Akhirnya keinginan membeli seragam tanpa harus meminta uang kepada siapa pun dapat terwujud, 20 stel seragam terbeli dari hasil memenangkan challenge tersebut. Pesan yang ingin disampaikan adalah berkarya jauh lebih baik daripada meminta.

Baca Juga:  Baru 24 Desa Wisata di Kabupaten Purbalingga yang Memiliki SK Bupati

Berangkat dari keresahan masing-masing, letupan-letupan kecil yang dilakukan perpustakaan Mayuba dan Omah Cikal ini adalah upaya untuk hadir memberi sedikit solusi dan lebih peka dalam membaca berbagai hal, serta menjaga semangat untuk terus bergerak dan berkarya dari desa. (Dwi Purwoko)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *