BANTUL – Sekolah Sepak Bola (SSB) Baturetno tidak hanya mendidik siswanya terampil menjadi pemain sepakbola, tetapi juga menempa karakter anak menjadi tangguh dan unggul. Terbukti para alumninya selain banyak yang menjadi pemain sepakbola profesional, juga menjadi anggota TNI dan Polri.
Tahun 2021, ada 3 pemain yang menjadi polisi, yakni Dava, Naban, dan Bayu. Mereka anggota tim SSB Baturetno U-18 tahun. Sebelumnya tahun 2018, Saka Novendra (pemain Popnas DIY 2016) juga masuk anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Kemudian ada 1 pemain yang menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI). “Sadam, alumni SSB Baturetno yang masuk menjadi skuad Timnas U-15 dan U-18 masuk TNI tanpa test,” ungkap H Sarjaka, Pembina SSB Baturetno, kepada Wiradesa, Selasa 15 Februari 2022.
Baturetno merupakan salah satu desa di Kabupaten Bantul yang selama ini menjadi sentra pembibitan pemain sepakbola. Hampir setiap sore, Lapangan Baturetno, dipenuhi anak-anak yang berlatih sepakbola.
Sekolah Sepakbola (SSB) Baturetno sendiri saat ini melatih sekitar 450 anak-anak usia 9 tahun sampai 18 tahun. Jadi ada 10 kelompok. “Jumlah ini terbanyak di DIY,” tegas Sarjaka, yang juga menjabat sebagai Lurah Baturetno.

SSB Baturetno telah menelorkan sejumlah pemain sepakbola profesional di Indonesia. Mereka ada yang jadi pemain sepakbola nasional, liga 1, liga 2, liga 3, dan sejumlah klub sepakbola di berbagai kota di Indonesia.
Pemain seperti Yahdian Javier (Timnas U-19 tahun) dan Sadam (Timnas Pelajar U-15 tahun), dan Ardi Pramesthu (Barito Putra) merupakan hasil didikan SSB Baturetno. Selain menjadi pemain sepakbola profesional, sejumlah alumni SSB Baturetno juga berhasil masuk menjadi anggota TNI dan Polri.
Keberhasilan para alumni itu menjadi cambuk atau motivasi bagi adik-adiknya untuk bersemangat dan giat dalam berlatih sepakbola. Selain itu juga membanggakan bagi orangtua siswa dan jajaran pelatih SSB Baturetno.
Para pengurus dan pelatih SSB Baturetno bertahun-tahun bekerja keras, mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk perkembangan sepakbola di Indonesia. Dari desa untuk Indonesia.
Biaya operasional, Sebagian besar ditanggung orangtua siswa. Caranya dengan iuran, kontribusi uang saat anak mengikuti latihan. Uang dari iuran para siswa per bulan terkumpul sekitar Rp 20 juta. Dana itu untuk operasional pelatih dan perawatan lapangan.
Kita layak memberikan apresiasi kepada Pembina SSB Baturetno H Sarjaka dan jajaran pembina, Ketua Umum SSB Baturetno Joko Suyono dan jajaran pengurus, Ketua Tim Pelatih Sambudiana dan jajaran pelatih yang bertahun-tahun membina anak-anak usia dini, tidak hanya menjadi pemain sepakbola profesional, tetapi juga menempa karakter anak menjadi tangguh dan unggul.
Selayaknya negara melalui aparat pemerintah memperhatikan dan menjamin kehidupan mereka yang telah berjuang untuk bangsa dan negara melalui sepakbola. (Ono)