SLEMAN – Aliran Sungai Gendol yang berhulu di puncak Gunung Merapi dijadikan lahan pertanian. Warga di sekitar sungai memanfaatkan lahan daerah aliran sungai untuk menanam padi dan berbagai jenis tanaman sayuran.
Pada Minggu 24 November 2024, tampak para petani memanen padi di aliran Sungai Gendol. Warga Bronggang Suruh dan Gadingan Argomulyo Cangkringan memanfaatkan aliran Sungai Gendol yang sedang surut, khususnya di musim kemarau untuk bertani.
Warga yang selamat dari erupsi dahsyat Gunung Merapi tahun 2010 memanfaatkan lahan aliran sungai untuk menanam padi, cabe, tomat, kangkung, brambang, dan lainnya. Hasilnya selain untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga, juga dijual untuk menambah pendapatan ekonomi keluarga.
Namun usaha para warga untuk bertani di sekitar sungai, sekarang ini sangat berbahaya. Karena curah hujan di bulan November 2024 sampai Februari 2025 diprediksi cukup lebat. Sehingga banjir sangat mungkin terjadi di sungai-sungai yang berhulu di puncak Merapi, salah satunya di Sungai Gendol.
Saat Gunung Merapi meletus tahun 2010, muntahan lahar dan material panas sampai ke Bronggang Cangkringan. Pasir, kerikil, batu, dan material lainnya muntah dari kawah Merapi ke Sungai Gendol sejauh 7 kilometer. Sungai yang sebelumnya dalam, sekitar 25 sampai 50 meter, menjadi rata, terlihat seperti jalan tol yang mengepul asap panas, berujung di puncak Merapi.
Batu-batu besar terlontar dan menggelinding melewati Sungai Gendol. Sampai saat ini ada batu besar yang dulu di atas jembatan, sekarang diabadikan di sisi Jembatan Bronggang. Kini di kanan kiri batu besar tersebut terdapat warung-warung tempat rest area para pesepeda (goweser).
“Warung-warung di sekitar batu besar, akibat letusan Gunung Merapi tahun 2010 menyajikan berbagai menu khas ndeso, seperti getuk, tales, cemplon, kolang-kaling, dawet, dan yang khas Susu Murni Watu Gede,” ujar Reno Candra Sangaji, Lurah Condongcatur, yang hobi gowes, Selasa 26 November 2024.
Bagi Reno, tindakan warga memanfaatkan lahan di aliran sungai untuk bertani itu merupakan kearifan lokal. Tindakan itu sebagai upaya masyarakat perdesaan untuk mewujudkan ketahanan pangan di level desa. Namun warga perlu diingatkan untuk berhati-hati jika hujan tiba. Karena banjir lahar dingin bisa terjadi di saat yang tidak terduga. (*)