Anak-anak Berekspresi Berimajinasi dan Berkarya Bersama Rumah Dongeng Mentari dari Desa Timun

Anak-anak berkarya membuat wayang di Asram Edupark Sleman, Minggu (18/12/2022). (Foto: Wiradesa)

KOLABORASI antara Rumah Dongeng Mentari dan Desa Timun merangsang anak-anak untuk bebas berekspresi, berimajinasi, dan berkarya sesuai keinginannya. Kedua komunitas ini berkontribusi besar bagi penanaman karakter pada anak-anak Indonesia, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penanaman karakter anak-anak tersebut diwujudkan pada Pertunjukan Dongeng, Live Animasi Wayang Desa Timun, dan Workshop Membuat Wayang dalam tajuk Kelas Liburan Kita (Kalika) #1 “Pentas Wayang Bersama Cila, Cili, dan Cilo”. Anak-anak, usia 3 sampai 12 tahun yang datang dari berbagai daerah bersama ayah bundanya tampak riang gembira dan bangga dengan karya wayangnya.

Kalika#1 digelar di Asram Edupark Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta pada Minggu 18 Desember 2022 mulai pukul 09.00 sampai 12.00. Pertunjukan yang dipandu Kak Rara dan Kak Yahya diawali dengan dongeng tentang “Sowi” (Sopo kuwi, siapa itu) oleh Kak Irin dan Kak Dino. Kedua pendongeng ini cukup pintar memainkan emosi anak-anak. Dengan bernyanyi (Kak Irin) dan memainkan gitar (Kak Dino), anak-anak terpikat dengan cerita yang dibawakannya.

Baca Juga:  Pemkal Condongcatur Laksanakan Audensi dengan Klinik Bumdes BBPPM Yogyakarta
Kak Irin dan Kak Dino mendongeng “Sowi” jadi “Bagus”. (Foto: Wiradesa)

Apalagi Kak Irin saat menyanyi selalu mengajak anak-anak untuk mengikutinya. “Ayo siapa yang mau maju, bernyanyi sama Kak Irin. Itu yang angkat tangan, namanya siapa. Ya…ya… Karina ayo maju ke depan,” ajak Kak Irin. Selain Karina ada Tori, Kamila, dan tidak ketinggalan Bunda Tyas.

“Nanti kalau Kak Irin sebut namanya, adik-adik menirukan kata terakhirnya ya. Misalnya kalau saya berkata ada teman namanya Karina, maka adik-adik melanjutkan dengan kata Na…Na…Na…oke,” ajak Kak Irin berinteraksi dengan anak-anak. Cara-cara seperti ini mampu membangun suasana menjadi meriah dan anak-anak terlibat langsung dalam pementasan.

Sedangkan pamandu pementasan Kak Rara dan Kak Yahya juga mampu mengajak anak-anak untuk berinteraksi. “Halo temen-temen…kok diam,” teriak Kak Yahya. Karena belum direspon, Kak Rara meminta anak-anak menjawab sapaan Kak Yahya dengan kata “Iya…”. Lantas Kak Yahya mengulangi sapaannya “Halo…temen-temen”, dijawab dengan serentak dan keras oleh anak-anak “Iyaaa….”.

Pertunjukan dilanjutkan dengan Pentas Wayang Bersama Cila, Cili, dan Cilo. Ketiga tokoh yang diciptakan Kak Daud mampu memikat anak-anak Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak hanya memikat karena karakter suaranya, tetapi juga tingkahnya yang dianggap lucu oleh anak. Padahal itu hanya bayangan pada layar putih, tetapi sudah bisa mempengaruhi imajinasi anak-anak. Generasi masa depan Indonesia bebas berimajinasi sesuai pikirannya.

Baca Juga:  PAUD Kasih Ibu Tambakagung, Ajarkan Anak Latih Keberanian

Usai pentas bersama Cila, Cili, dan Cilo, dilanjutnya membuat wayang ketiga tokoh tersebut. Workshop membuat wayang dibagi tiga kelompok. Kelompok Cila usia 9-12 tahun dipandu Kak Daud, Kak Dian, dan Kak Zidni. Kelompok Cili usia 6-8 tahun dipandu Kak Resti dan Kak Icha. Kelompok Cilo usia 3-5 tahun dipandu Kak Ima.

Seorang anak dengan bangga memperlihatkan hasil karya wayangnya. (Foto: Wiradesa)

Setiap anak diminta membuat wayang. Bahan, seperti kertas karton, gunting, alat tatah untuk membuat lubang, mal atau pola, dan bambu penjepit atau garan, disediakan oleh Desa Timun. Workshop ini merangsang anak untuk kreatif berkarya. Meski kadang bundanya ikut campur, tetapi anak-anak tampak bersemangat untuk berkarya. Mareka tampak riang gembira, karena karya wayangnya boleh dibawa pulang. Selain itu anak-anak juga diberi kesempatan untuk memainkan wayang hasil karyanya di layar lebar yang disediakan panitia.

Sejumlah panitia, khususnya para relawan Rumah Dongeng Mentari mengapresiasi antusiasnya para ayah bunda yang mengantar anaknya untuk hadir dan anak-anak terlibat aktif pada Kelas Liburan Kita (Kalika) #1 “Pentas Wayang Bersama Cila, Cili, dan Cilo”. Mereka berharap kegiatan yang sama bisa diselenggarakan di waktu mendatang.

Baca Juga:  Bangkitkan Ekonomi Pasca Covid-19, Pemdes Adakan Bobotsari Expo

Keindahan Desa Timun dan keasrian Desa Timun menginspirasi anak-anak untuk peduli terhadap alam, menjaga kelestarian alam, dan tidak merusak alam. “Desa Timun yang indah, Desa Timun yang asri, Aku senang sekali tinggal di Desa Timun. Tanah subur yang luas, sawah gunung mentari, bahagianya hatiku tinggal di Desa Timun”. (Ono Jogja)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *