Anggit: Dengan Seni Saya Berbangsa, Dengan Seni Saya Bernegara, dan Dengan Seni Saya Menyokong Kejayaan Bangsa

Foto: Wiradesa

KLATEN – Pandemi Covid-19 mengancam kehidupan seniman tradisional. Tekanan itu, tidak hanya berdampak pada sisi ekonomi, tetapi juga mental seniman. Meski dampak negatifnya luar biasa, namun salah satu seniman tradisional Anggit Janu Tarwaca tetap bersemangat untuk tetap cinta tanah air. Baginya dengan seni dia berbangsa, dengan seni dia bernegara, dan dengan seni dia ingin menyokong kejayaan bangsa.

Anggit Janu Tarwaca, 31th seorang seniman tradisional Jawa, mengakui pandemi Covid-19 menjadi ancaman tekanan mental serius bagi seniman pertunjukan. “Jadi bukan semata-mata berdampak ekonomis, bagi seniman pertunjukan seni tradisional Covid-19 benar-benar menjadi ancaman tekanan mental tersendiri bagi seniman pentas seni tradisional, seperti saya ini,” kata bujangan yang pernah menuntut ilmu di STSI Surakarta ini, kepada Wiradesa, Minggu 7 Maret 2021.

Anggit, begitu dia biasa disapa, selama Covid-19 jobnya bukan hanya menurun, tetapi benar-benar 100 persen tidak pernah ada job. “Covid-19 ini benar-benar membuat ambyar, seambyar-ambyarnya. Bagi seniman sejati tidak pernah pentas itu menjadi sebuah penderitaan yang sangat serius. Seperti kehilangan dunianya. Karena hidupnya adalah pentas dan pentas, di situlah jiwanya hidup,” tuturnya.

Baca Juga:  Mendes: Mari Syukuri Kemerdekaan dengan Mencintai Sesama

Menurut alumni SMKI Surakarta ini secara ekonomi jelas itu berpengaruh dan dia mengaku tidak pernah membayangkan pandemik covid akan berlangsung sekian lama. Akibatnya beberapa aset dan instrumen keseniannya dijual. ”Bayangkan kalau seorang seniman sampai menjual instrumen berkeseniannya itu bagai tentara yang menjual senjatanya. Itu bisa berarti bunuh diri, bisa juga berarti kehilangan jati dirinya. Ini terjadi karena jujur saya salah perhitungan bahwa pandemik tak sepanjang ini,” imbuhnya.

Anggit yang menguasai semua alat musik tradisional Gamelan ini totalitas dalam berkesenian (Foto: Wiradesa)

Pengrawit yang sudah termasuk seniman kelas menengah ke atas ini, tak urung harus berjuang mengatasi kedulitan ekonomi dan aktualisasi berkeseniannya. Perjuangan ekonominya, pria lajang ini memilih memproduksi kripik belut, sopir carteran, makelaran bahkan tak segan buruh matun di sawah. Sementara perjuangannya melepaskan ekspresi berkesenian dia banyak mendatangi pusat-pusat latihan regular dari kampung ke kampung, dari kelompok ke kelompok. “Jika tidak diekspresikan otak ini, jiwa ini berontak. Jiwa ini bisa ambyar betul,” tuturnya sambil memperbaiki instrumen rebabnya.

Bisa dimaklumi jika demikian, karena di masa normal di bulan-bulan ramai dia bisa pentas sampai 35 kali dalam satu bulan. Sementara di bulan sepi tidak kurang dari 5 sampai 10 job. “Ini sudah bukan masalah sombong, tetapi fakta. Saya tidak pernah menawarkan diri tetapi karena para dalang dan rekan seniman itu sudah memahami skill saya, job itu datang sendiri biasanya,” imbuhnya sambil sesekali memperlihatkan beberapa video dan fotonya saat pentas.

Baca Juga:  Meriahkan Peringatan HUT Ke-77 Kemerdekaan RI, Warga Dobangsan Kibarkan 1000 Bendera Merah Putih

Pengrawit yang menguasai semua alat musik tradisional Gamelan ini memang totalitasnya dalam berkesenian, dibuktikan dengan kesungguhannya mewujudkan sanggar seni di rumahnya. “Cita-cita tertinggi saya adalah membuat sanggar kesenian atau padepokan, saya akui itu tidak mudah tetapi daya akan berjuang. Karena seni adalah profesi saya, hobi saya, hiburan saya dan hidup saya,” tuturnya berapi-api. Nampaknya ini bukan hal yang muskil karena jam terbangnya sudah sangat memadai. Buktinya beberapa dalang kondang yang melibatkannya dalam pementasannya. Mulai Ki Warsito Pethok, Ki Sigit Haryanto, Ki Tantut dan sebagainya.

Bahkan saat ini Anggit sudah memiliki satu group Campursari yang diberi nama Anak Nagari. Satu yang khas dari group ini adalah selalu memainkan lagu “Tanah Airku” sebagai lagu pembuka. “Bukan apa-apa ini tujuannya bahwa dengan seni saya berbangsa, dengan seni saya bernegara dan dengan kesenian ini saya turut menyokong kejayaan Bangsa ini, “ ujarnya sambil mengepalkan tangannya. (HB. Budiyanto)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *