KEBUMEN – Menikmati jalan-jalan pagi di Kota Kebumen sepertinya belum lengkap tanpa membeli serabi. Makanan tradisional berbahan dasar tepung beras dan ampas kelapa ini menjadi salah satu jajanan lawas yang masih banyak dicari pembeli. Apalagi, harga yang ditawarkan juga tergolong murah sehingga terjangkau bagi semua golongan ekonomi masyarakat.
Yani (43), salah satu pedagang serabi yang membikin serabi dengan cara yang masih tradisional. Dimasak menggunakan tungku kayu dan wajan dari tanah liat. Setiap hari, Yani berjualan Serabi di Jalan Pemuda, depan Supermarket Family 5, Kebumen.
“Saya melanjutkan usaha orang tua baru enam tahun, dulu pertama orang tua saya jualan tahun 1993 ya begini, pakai tungku, pakai kayu, pakai wajan tanah liat,” kata Yani mengawali cerita.
Usaha jualan serabi tersebut memang bukan Yani yang mengawali. Orang tuanyalah yang merintis usaha tersebut saat Yani masih duduk di bangku SMP kelas 3. Namun, setiap hari dia ikut membantu menyiapkan bahan-bahan untuk berjualan serabi sehingga dia menjadi paham dengan sendirinya komposisi bahan dan cara memasak serabi yang enak.
Setiap hari Yani menyiapkan bahan baku 4 kg tepung beras dan 4 butir kelapa untuk berjualan serabi mulai pukul 05.00 sampai dengan 08.30. Dia mematok harga Rp2500 untuk setangkup serabi dengan berbagai varian toping seperti original/asin, gula jawa, coklat, pisang ataupun kombinasi.
Dari hasil berdagang serabi ini, Yani mengaku setiap hari mendapatkan keuntungan bersih Rp75 ribu. Jumlah yang cukup untuk biaya makan sehari-hari dan membiayai sekolah ketiga anaknya.
“Anak saya yang pertama sekolah SMP, dua yang lain masih di SD. Alhamdulillah dari hasil jualan serabi ini bisa untuk menutup kebutuhan sehari-hari. Bisa nunggu anak di rumah juga. Daripada saya dulu merantau ke Jakarta, hasilnya ya sama saja, malah saya tidak bisa dekat keluarga, jauh dari anak dan suami,” ujar Yani. (Endah Tri Rachmani)