KEBUMEN – Sebagai sebuah warisan budaya, jamu tradisional diyakini memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Keyakinan ini membuat masyarakat gemar mengonsumsi jamu sebagai salah satu upaya menjaga kesehatan tubuh secara alami. Akan tetapi, butuh keahlian tersendiri untuk menghasilkan rasa jamu yang enak. Karena itu, banyak orang lebih suka membeli jamu tradisional daripada membuat sendiri di rumah.
Peluang usaha berjualan jamu tradisional ditekuni Parti (60). Perempuan asli Solo ini memutuskan merantau selepas menikah untuk berjualan jamu.
“Saya jualan jamu di sini sejak tahun 1986. Merantau dari Solo sama suami,” terang Parti.
Jauh sebelum pandemi, Parti biasa menjajakan dagangannya dengan bersepeda ke kantor-kantor pemerintahan maupun sekolah-sekolah di kota Kebumen. Namun, kebijakan larangan masuk ke dalam lingkungan kantor pemerintahan maupun sekolah-sekolah memaksanya untuk tak lagi menjajakan jamu keliling dan ia memilih mangkal menunggu pelanggan datang membeli jamunya.
“Setelah ada Corona kan susah mau jualan keliling. Kantor-kantor ditutup, sekolah juga nggak ada gurunya. Saya coba mangkal di sini. Eh, malah enak seperti ini, pelanggan pada datang sendiri,” tuturnya. Sehari-hari Parti biasa menggelar dagangannya di Jalan Pemuda, depan toko alat tulis Pusaka Ilmu dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 17.00. Dalam kurun waktu itu, dia menyiapkan jamu untuk dijual pagi sampai siang, kemudian selepas Zuhur biasanya suaminya akan mengantar lagi jamu yang masih hangat untuk dijual sampai sore.
“Dibantu bapaknya bawa dagangan ini. Saya berangkat pagi pakai sepeda, ya secukupnya saja bawanya. Nanti siang bapaknya bantu antar jamu lagi pakai becak. Jadi sampai sore jamunya masih hangat,” jelas Parti.
Jamu yang dijual Parti di antaranya yaitu kunir asem, cabai puyang, asem, beras kencur, dan jamu pahitan. Racikan yang pas dengan gula aren sebagai penambah rasa manis membuat jamu buatan Parti terasa enak sehingga para pembeli merasa puas dan akhirnya menjadi pelanggan tetap. Pelanggan bisa membeli eceran Rp2000 per plastik atau memilih kemasan 600 ml dengan harga Rp5000, bisa juga memilih membeli jamu dengan kemasan 1,5 liter seharga Rp10 ribu.
“Saya jual jamu tidak ambil untung banyak kok. Sehari itu modal Rp300 ribu nanti jadi Rp400 ribu. Yang penting pertahankan rasa biar pelanggan tidak kecewa,” pungkas Parti. (Endah Tri Rachmani)