Budidaya Pisang, Penuhi Kebutuhan Buah Bagi Keluarga

Budidaya pisang bisa penuhi kebutuhan buah keluarga (Foto: Wiradesa)

KEBUMEN – Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menghasilkan rupiah memanfaatkan lahan pekarangan. Salah satunya dengan bertani pisang. Itulah yang dilakukan Purwadi, petani di Desa Tambakagung, Kecamatan Klirong.

Lahan kosong di sekitar rumah kini ditanami berbagai jenis pohon pisang seperti pisang ambon, pisang longok, pisang raja dan pisang riak madu. “Budidaya pisang sederhana yang penting tekun dan telaten pasti mudah berkebun pisang,” kata Purwadi.

Pisang, jenis buah yang kaya akan vitamin dan juga mineral, sehingga sangat dicari masyarakat untuk memenuhi gizi harian. Beberapa bagian dari pohon pisang yang biasanya dimanfaatkan antara lain buahnya untuk membuat keripik, bubur dan tepung. Berikutnya, bunganya (jantung) bisa dimasak sebagai sayuran khas ndesa seperti lodeh jantung pisang. Daunnya digunakan sebagai bungkus makanan dan pakan ternak.

Purwadi menjelaskan bagaimana ia membudidayakan pohon pisang. Langkah awalnya, siapkan lahan untuk bercocok tanam. Selanjutnya, siapkan bibit.

“Paling tidak, pilih bibit yang tinggi minimal 1 meter. Tujuannya, agar saat ditanam tidak dimakan oleh ayam,” terangnya. Apabila sudah siap semuanya, lahan tersebut dipaculi terlebih dahulu dan dibuat luangan. Panjangnya kurang lebih setengah meter dengan kedalaman paling tidak 25 cm. Jangan lupa, tambahkan pupuk kandang agar tanahnya menjadi subur. Tunggulah selama beberapa hari, barulah lahan ditanami benih pisang.

Baca Juga:  Pendiri Studio Tani Kalisuci Tri Madi Wiyono: Nandur Opo Sing Dipangan, Mangan Opo Sing Ditandur
Purwadi saat melihat kebun pisang miliknya (Foto: Wiradesa)

Tanaman pisang usia 8-9 bulan biasanya sudah keluar jantungnya. Kira-kira 3 bulan kemudian, buah pisang baru bisa dipanen. Jadi, budidaya pisang setidaknya butuh setahun baru bisa panen. Sedangkan untuk hasil tergantung kesuburan tanah pada saat digunakan untuk menanam pisang. Posisi menanamnya juga sembarang, tapi upayakan di lokasi tenggar. Tenggar artinya pohon pisang tidak berdekatan jaraknya dengan pohon lain agar pohon pisang bisa tumbuh subur dan tidak terkena hama.

Penyakit tanaman pisang biasanya dikenal dengan lier. Lier membuat daun menjadi kuning serta di dalam batangnya ada bintik kecoklatan. Hama atau penyakit lier dapat membuat hasil panen pisang kurang maksimal. Terkadang, buah yang dihasilkan tidak sesuai ukurannya seperti lebih kecil. Namun, tidak perlu khawatir jika terkena hama segeralah siram dengan air garam. Tindakan tersebut bisa mengurangi hama yang menyerang pohon pisang.

“Untuk bibitnya tidak beli tetapi dari mbibit di sekitar rumah. Kalau di desa tidak ada yang beli bibitnya. Berbanding terbalik jika di kota. Harga satu bibit bisa Rp 10 ribu,” ujarnya. Keuntungan menanam pisang banyak sekali meliputi mudah perlakuannya sebab pisang menyimpan cadangan air walaupun di lahan yang kering sehingga bisa menghemat pengairan. Kemudian mampu tumbuh di berbagai tempat dan hemat biaya operasional. Apalagi kondisi pandemi Covid-19, sektor pertanian menjadi sandaran ekonomi produktif. “Hasil panen buahnya tidak pernah saya jual, semua untuk keluarga. Buah pisang dimakan guna memenuhi kebutuhan buah, gizi keluarga,” pungkasnya. (Nur Anggraeni)

Baca Juga:  Marsono Jualan Benih Padi Siap Tanam Sejak 1992

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *