KEBUMEN – Bercocok tanam hidroponik menjadi metode penanaman yang tepat tanpa menggunakan media tumbuh dari tanah. Hidroponik memang memudahkan dalam menanam sayuran. Budidaya ini konsepnya memanfaatkan air dan menjaga sirkulasi. Agar tanaman tetap dapat nutrisi sehingga kebutuhan oksigen dan air tercukupi.
“Menanam model hidroponik memenuhi kebutuhan sayur sehari-hari,” kata Taufik Nur Kholis, warga Desa Grujugan, Kecamatan Petanahan kepada wiradesa.co, Jumat, 6 Agustus 2021.
Di lahan berukuran 3×4 di samping rumahnya, Taufik mulai belajar hidroponik. Diceritakan olehnya ilmu didapat dari mempelajari video You Tube. “Dari melihat video. You Tube. Berikutnya, dipraktikan secara langsung di rumah. Alhamdulillah, sejauh ini sudah pernah panen beberapa kali meskipun baru memulai hidroponik,” tambahnya yang juga seorang guru di salah satu SMK di Kebumen.
Lebih lanjut, Taufik Nur Kholis atau biasa disapa Taufik, dalam mengolah lahan hidroponik miliknya dengan sistem rakit apung. Cara ini menggunakan teknik penggenangan air dan nutrisi di daerah perakaran tanaman secara terus-menerus. Sistem ini terdiri dari bak atau kolam yang kondisi airnya harus dipantau dan juga suhunya supaya tidak kering.
Beberapa benih yang ditanam antara lain selada, kangkung, cesim, sawi, pakcoy. Dikatakan Taufik, benih tersebut beli di toko bibit. Berikutnya, peralatan yang dibutuhkan seperti sterofom, rockwool, netpot (memakai botol bekas sendiri sebagai upaya cinta terhadap lingkungan), gelas ukur.
Hidroponik diawali dari penyemaian terlebih dahulu. “Semua disesuaikan dengan jenis bibitnya. Kalau kangkung 7 hari bisa pindah tanam sedangkan pakcoy usia 2 minggu bisa pindah,” terangnya. Jangan lupa juga untuk ditambahkan dengan nutrisi. Taufik menggunakan nutrisi AB mix yang dirasa pas untuk tanaman hidroponik.
Setelah itu, sambil menunggu proses penyemaian, persiapkanlah steroform yang sudah dilubangi. Apabila kangkung biasanya bisa sampai 9 lubang untuk sterofom-nya sebab kangkung tumbuh ke atas. Berbeda dengan pakcoy, satu sterofom ada 5 lubang. Hal tersebut dikarenakan tanaman ini tumbuhnya mengembang. Terakhir, selesai tinggal menunggu untuk dipanen. Kunci utamanya, kembali lagi air harus selalu dipantau dan jangan lupa setiap 3 hari sekali diberi nutrisi agar kualitas sayuran tetap terjamin.
Walaupun masih pemula tetapi Taufik senang terhadap kegiatannya. Sementara ini, belum dilakukan untuk proses pemasaran tetapi masih diproduksi untuk sendiri. “Berharap ini sebagai cara menerapkan hidup sehat. Dengan makan sayuran bebas pestisida,” pungkasnya. (Nur Anggraeni)