Kolom  

Dilema Pengasuhan Anak pada Ibu Bekerja

Oleh: Wulansari Putri Ambarwati
Mahasiswi RPL Keperawatan UNISA Yogyakarta tahun 2024


PILIHAN seorang ibu untuk bekerja atau fokus mengasuh anak menjadi dilema dan tidak mudah untuk diputuskan. Kedua pilihan ini sama-sama memiliki dampak positif dan negatif terhadap perkembangan pendidikan dan sosial anak. Namun seorang ibu harus memilih.

Ada seorang ibu yang memutuskan untuk bekerja. Kenapa dia bekerja, di antara alasannya, untuk membantu suami memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan juga biaya pendidikan anak. Selain itu juga untuk membuktikan bahwa upaya orang tua untuk menyekolahkan anaknya tidak sia-sia.

Okti Lestari misalnya. Ibu tiga orang anak ini bekerja sebagai perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Dia memilih bekerja, karena untuk membantu perekonomian keluarga. Selain itu, Okti juga ingin menunjukkan kepada orang tua bahwa upaya menyekolahkan anaknya itu tidak sia-sia.

“Sebagai seorang wanita karir dan berkeluarga tentu ada masa-masa galau saat meninggalkan anak karena harus bekerja. Ada keinginan untuk selalu mendampingi setiap proses perkembangan anak, namun di sisi lain ada faktor ekonomi yang memang saya butuhkan untuk membantu perekonomian keluarga,” ujar Okti Lestari.

Selain itu, Okti juga ingin menunjukkan kepada orang tuanya bahwa mereka menyekolahkan anaknya dulu tidak sia-sia dengan dirinya bekerja sebagai seorang perawat. Kini Ibu Okti Lestari sudah 15 tahun bekerja sebagai perawat, sesuai pendidikannya, di rumah sakit yang diidamkan.

Baca Juga:  Menyakitkan Memberi Pencerahan

Ibu Okti, merupakan perantau dari Purwokerto ke Yogyakarta jauh dari keluarga. Suaminya pun bekerja beda provinsi sebagai abdi negara. Di Kota Yogyakarta, ia hidup bersama ketiga anaknya yang masih sekolah, dengan segala kondisi kesibukan sebagai wanita karir dan seorang ibu.

Suaminya pulang ke Yogyakarta seminggu sekali tiap weekend. Sehingga untuk urusan antar jemput sekolah ia handle sendiri. Ia dan suami mengambil keputusan menitipkan anak-anaknya di sekolah full day sejak kecil, karena tidak ada yang mengasuh di rumah.

Di sisi lain, seorang ibu bekerja sering dianggap tidak becus mengurus keluarga. Masalah pengasuhan anak sering membuat ibu merasa galau dan akhirnya memilih untuk resign dari tempat kerja.

Banyak dijumpai tempat penitipan anak (day care) dari harga yang murah sampai harga yang sangat mahal. Tentu hal itu dipengaruhi dengan fasilitas dan keunggulan yang berbeda. Para ibu yang memilih untuk menitipkan anaknya ke day care ini punya alasan yang beragam, salah satunya tidak bisa meninggalkan pekerjaannya karena faktor ekonomi. Seperti yang diutarakan oleh ibu Okti Lestari.

Namun dalam perkembangannya apakah benar jika seorang ibu bekerja itu dianggap sebagai ibu yang menelantarkan keluarganya?

Baca Juga:  Perpres Jurnalisme Berkualitas
Ilustrasi: Net

Menurut penelitian Daarin Fairuz Zahira,  Esya Anesty Mashudy, dan Nenden Sundari berjudul “Kajian Literatur: Perkembangan Sosial Anak Usia Dini dengan Ibu Bekerja” yang dipublikasikan pada Jurnal Pendidikan Anak tahun 2024, ada dampak positif dan negatif ibu bekerja terhadap perkembangan sosial anak.

Pengaruh positif orang tua yang bekerja adalah dapat meningkatkan status sosial ekonomi, sehingga mendorong perkembangan sosial anak. Sedangkan dampak negatifnya adalah orang tua sibuk dengan pekerjaan sehingga menimbulkan hubungan keterikatan yang tidak memuaskan antara orang tua dan anak yaitu membangun kepercayaan anak terhadap lingkungan dan mempengaruhi perkembangan sosial anak.

Sementara itu, ibu bekerja memilih untuk berperan sebagai istri, ibu untuk sang buah hati, dan wanita karier. Tidak ada yang lebih berat karena keduanya merupakan pilihan yang baik. Seorang wanita fitrahnya adalah mengurus keluarga dan mendidik anak. Namun di sisi lain, kebutuhan yang semakin mahal dan membengkak seolah memaksa seorang ibu ini untuk ikut mencari nafkah.

Tak dipungkiri bahwa dengan bekerja, seorang ibu bisa mendapatkan gaji yang setidaknya bisa mencukupi kebutuhan dirinya sendiri tanpa harus meminta tambahan pada suami. Sering kali gaji atau uang pemberian suami hanya cukup untuk kebutuhan rumah tangga saja.

Selain itu, ibu bekerja mempunyai lingkungan sosial yang beragam dengan bertemu banyak orang di luar. Hal ini berbeda dengan ibu rumah tangga yang full mengasuh anak di rumah, ruang lingkup sosialnya lebih sempit.

Baca Juga:  Miras Mengganggu Ketenangan Keluarga

Ibu rumah tangga dianggap memiliki tingkat stressor yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu bekerja. Dengan menitipkan anak pada day care, seorang ibu bekerja merasa lebih percaya dan aman.

Tempat penitipan anak atau day care, selain membantu mengasuh dan menjaga anak, juga terdapat pendidikan anak usia dini. Karena, selain membantu mengasuh dan menjaga anak, penitipan atau day care juga mengajarkan tentang berbagai hal terkait dengan pendidikan anak usia dini.

Sekolah full day juga menjadi alternatif bagi ibu bekerja sebagai tempat pendidikan anak sekaligus tempat pengasuhan selama ditinggal bekerja.

Jadi apakah ibu bekerja itu menelantarkan anak? Jawabannya, jelas tidak. Karena secara naluriah tidak ada seorang ibu yang ingin menelantarkan anaknya. Jika ada ibu yang memutuskan bekerja dan ada ibu yang memilih sebagai ibu rumah tangga, itu pilihan yang keduanya baik, meski ada dampak positif dan negatifnya.

Bagi ibu yang memutuskan untuk bekerja, tempat penitipan anak (day care) atau sekolah full day, bisa menjadi alternatif pilihan untuk membantu mengasuh, menjaga, dan mendidik anaknya. Semoga semuanya berjalan dengan baik, sesuai yang dikehendaki Allah Subhanahu Wa Ta’ala. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *