KULONPROGO – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kulonprogo bekerja sama dengan Desa Budaya Kalurahan Sukoreno menggelar Pawai Grebeg Sampah, Senin 19 Juni 2023. Pawai Grebeg Sampah dilaksanakan sebagai bentuk kampanye daur ulang sampah dan edukasi kepada masyarakat soal pengelolaan sampah.
Pawai atau kirab diikuti 350-an peserta dari Pamong Kalurahan Sukoreno, bregada desa budaya, bregada desa prima, bregada desa wisata, bregada desa preneur, bregada bank sampah Padukuhan Blimbing, Wora-wari dan Banggan, serta Depok juga siswa sekolah se-Sukoreno.
Pawai Grebeg Sampah dimulai dengan kirab gunungan kreasi sampah dari kompleks sekolah SD Muhammadiyah Wora Wari ke lapangan Balai Kalurahan Sukoreno. Kemudian dilanjutkan penampilan displai dari setiap bregada yang ikut kirab di panggung utama. Dan penampilan kesenian tari dari Sukoreno.
Kepala DLH Kulonprogo Drs Sumarsana M.Si mengatakan,
grebeg sampah merupakan kegiatan puncak dari serangkaian kegiatan pengelolaan sampah bekerja sama dengan Desa Budaya Kalurahan Sukoreno.
“Kegiatan pengelolaan sampah dimulai dengan sosialisasi pengelolaan sampah, gropyok sampah dan grebeg sampah. Sampah tanpa dikelola bisa menjadi ancaman namun jika terkelola bisa menjadi berkah,” kata Sumarsana.
Dengan Gerakan Siaga Berjibaku Mengelola Sampah Kulonprogo (Sibaku) kini di setiap kalurahan muncul bank sampah dengan harapan kalurahan bisa mengelola sampah secara mandiri. Pengelolaan sampah ini diharapkan dapat menjadi budaya di tengah masyarakat dan bisa berkelanjutan.
Diungkapkan Sumarsana, Banyuroto sebagai satu-satunya TPA di Kulonprogo sudah penuh dan kapasitas hanya sampai lima tahun ke depan. Kalau pengelolaan sampah tak dimulai dari sekarang dan dikelola di tingkat kalurahan maka TPA di Kulonprogo akan seperti Piyungan. Karena itu sangat penting ditumbuhkan budaya mengelola sampah dimulai dari rumah.
Lurah Kalurahan Sukoreno Olan Suparlan melaporkan perolehan sampah dari kegiatan gropyok sampah di Sukoreno beberapa hari sebelumnya didapat sebanyak 250 kg sampah. Sampah kemudian dipilah-pilah mana yang bisa didaur ulang dan mana yang tak bisa didaur ulang. Sampah yang bisa didaur ulang dipisah seperti botol, kertas kemudian dimanfaatkan kelompok masyarakat seperti bregada desa wisata, bregada desa prima, bregada desa preneur, bregada bank sampah dibentuk dirangkai menjadi kreasi gunungan dan properti lain untuk mendukung kegiatan grebeg sampah dan dikirab sepanjang rute berjarak 500 meter.
“Grebeg sampah dalam rangka edukasi masyarakat mulai dari tingkat rumah tangga agar mulai melakukan pemilahan sampah yang bisa didaur ulang dan yang organik agar bisa dikelola sendiri. Hasil pilah-pilah sampah akan diambil bank sampah seperti bank sampah Padukuhan Blimbing, Banggan, Wora-wari, Depok, untuk kemudian dijual ke pengepul sampah lebih besar,” jelas Olan sambil menuturkan apabila pengelolaan sampah tak dikelola dari kalurahan maka dalam jangka panjang lima sepuluh tahun mendatang sampah akan menjadi persoalan besar dan berpotensi mengganggu lingkungan.
Pemerintah Kalurahan Sukoreno, lanjut Olan, mengucapkan terima kasih Dana Keistimewaan 2023 bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat termasuk dalam kegiatan edukasi budaya mengelola sampah. Pada kesempatan itu, diserahkan pula SK bank sampah kepada Bank Sampah Padukuhan Depok.
Turut hadir pada acara tersebut Forkompinkap Sentolo; Panewu Anom Sentolo Rujito, Kepala Puskesmas Sentolo dr Renny Lo, Wakil dari Koramil serta wakil Polsek Sentolo. (Isman Nugroho)