Gus Wachid, Kiai Muda Peduli Sampah

Gus Wachid, mengajak para santri agar peduli persoalan sampah. (Foto: Istimewa).

SLEMAN– Gelisah dengan pengelolaan sampah di Yogya, Muhammad Nur Wachid atau akrab disapa Gus Wachid berinisiatif mengelola dan mengolah sampah di pesantrennya. Ketua Umum Yayasan Pondok Pesantren Wahid Hasyim, Nologaten, Condongcatur, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta ini pun menginstruksikan para santri agar mengurangi produksi sampah serta membiasakan memilah jenis sampah.

Kepada para santri, Gus Wachid tak bosan mengajak untuk menumbuhkan budaya peduli terhadap sampah. “Santri Pesantren Wahid Hasyim sebanyak 3000 orang. Bila rata-rata satu hari seorang santri memproduksi sampah 0,5 kg maka akan dihasilkan sampah sebanyak 1,5 ton sehari,” kata Gus Wachid, Selasa 25 Juni 2024.

Di samping memilah sampah, Pesantren Wahid Hasyim memiliki fasilitas pemilahan sampah juga komposter untuk mengolah sampah organik menjadi kompos. Nantinya kompos bisa digunakan sebagai media tanam. Pesantren Wahid Hasyim memiliki green house cabai dan memaanfaatkan pupuk kompos dari hasil pengolahan sampah organik.

Menurut kiai muda kelahiran 1973, kebijakan peduli sampah perlu diambil mengingat saat ini Yogyakarta secara umum sedang mengalami darurat sampah. Oleh karena itu, pesantren berkewajiban berperan serta dalam menangani situasi darurat ini.

Baca Juga:  UGM Jajaki Kerja Sama Dengan Mahidol University

Jika pesantren bisa mengelola dan mengolah sampahnya sendiri, secara otomatis akan mengurangi kondisi darurat sampah di Yogyakarta.

“Ini merupakan bentuk edukasi tentang hablum minal ‘alam (cinta lingkungan) kepada santri kami,” imbuh Gus Wachid.

Para santri yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia diharapkan ikut mengambil peran dalam pengelolaan sampah di daerah mereka masing-masing. Sehingga budaya peduli sampah juga akan mengakar ke masyarakat luas tidak hanya di Pondok Pesantren Wahid Hasyim.

Bagi Gus Wachid, sebagai muslim kaum santri memiliki kaidah an-nadlofatuh minal iman: kebersihan sebagian dari iman. Karenanya kaidah tersebut harus menjadi spirit bagi pondok pesantren dan masyarakat umum untuk mengatasi masalah sampah yang sebenarnya sudah menjadi masalah umum bagi banyak orang di negeri ini. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *