TERNATE – Kebersamaan dan kerukunan antarwarga yang tinggal di Ternate, Maluku Utara, sungguh mengesankan. Warga dari berbagai suku, ras, dan agama, hidup berdampingan secara damai dan saling menghargai.
Laode Azis yang mengaku asal Sulawesi Tenggara (Sultra) merasa nyaman tinggal di Ternate. “Saya dulu pedagang ikan selama tiga tahun, sekarang menjadi karyawan di Rumah Makan Ikan Bakar,” ujar Azis, Sabtu (18/10/2020) malam.
Meski pendatang dari Sulawesi, tapi kehadirannya di Ternate diterima dengan baik warga asli. Masyarakat Ternate bersikap baik dan terbuka bagi pendatang.

Apa yang dialami Laode Azis itu juga dirasakan Adam pendatang dari Sukabumi Jawa Barat. Adam merasa bahagia tinggal di Ternate. Sebelumnya dia tinggal di Jakarta. “Warga asli Ternate sangat terbuka dengan warga pendatang,” ungkap Adam.
Sedangkan Yadi Ismail yang berasal dari Ambon, Maluku, merasa nyaman tinggal di Ternate. Menurutnya, kehidupan sosial di Ternate sungguh mengasyikkan. Budaya gotong royongnya masih dijalankan dan antarwarga saling membantu, tidak membeda-bedakan suku, agama, ras, dan golongan.
Berdasarkan penelusuran wartawan wiradesa.co, di Kota Ternate ada tempat-tempat yang dihuni kelompok etnis tertentu. Ada tempat yang dihuni warga Cina, Arab, warga asal Sumatera, Jawa, Sulawesi dan lainnya. Mereka hidup rukun, saling menghargai, dan tolong menolong.
Menurut Edwin Syam, warga asli Ternate, Sultan Ternate dulu memang menyediakan tempat khusus untuk ditinggali etnis Cina, Arab, Jawa dan lainnya. Bahkan mereka diberi kesempatan untuk menjadi bagian Kesultanan Ternate. “Di wilayah Kesultanan Ternate itu setiap etnis ada perwakilannya. Para wakil etnis itu disebut Kapiten,” kata Edwin.

Nampaknya Sultan Ternate menanamkan sikap hidup yang harmonis, saling menghargai, tolong menolong, dan bekerjasama antarwarga Ternate. Sikap simpati ini terus dijalankan warga. Selama tiga hari berada di Kota Ternate, kita merasakan indahnya kerukunan di Ternate. (Ono)