Isak Tangis Transmigran Masingai Tabalong di Depan Wartawan dan Pimpinan DPRD DIY

Tugiran (nomor 4 dari kiri) foto bersama mantan Bupati Bantul dan Ketua IKWI DIY Sri Suryawidati Idham Samawi (baju biru) serta Ketua Kejogja Kalsel Rina Eko Saryani (nomor 1 dari kanan). (Foto: Nurholis)

BAPAK ini terisak, menangis, saat mengungkapkan isi hatinya di hadapan rombongan wartawan dan pimpinan DPRD DIY di Pendopo Budaya Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel), Minggu 9 Februari 2025.

Sudah 47 tahun, bapak yang memperkenalkan diri bernama Tugiran, transmigran asal Jogja ini tinggal di Masingai, Upau, Tabalong, Kalsel. Dia transmigran asal Dusun Sukorame, Mangunan, Dlingo, Bantul dan selama ini masih nguri-uri budaya Jawa, khususnya gagrak Ngayogyakarta Hadiningrat.

Tugiran tersentuh emosinya saat-saat mengenang perjalanannya dari Dusun Sukorame DIY sampai ke Masingai Kalsel tahun 1978. Transmigran asal Bantul ini awalnya naik kereta api dari Yogyakarta ke Surabaya. Kemudian dari Surabaya ke Banjarmasin naik kapal laut selama dua hari dua malam.

Selanjutnya sesampai di Kalimantan Selatan, Tugiran naik colt dari pelabuhan ke Tanjung selama satu malam. Sampai di Tanjung melanjutkan perjalanan dengan naik mobil pickup (bak terbuka) ke Kembang Kuning selama satu jam. Kemudian dari Kembang Kuning ke Masingai, lokasi transmigrasi, jalan kaki satu hari.

“Kami berharap sekali, ada pejabat dari DIY yang datang ke Masingai menengok kami,” harap Tugiran dengan nada lirih. Dia merindukan ada pertemuan seperti di Pendopo Budaya Banjarbaru. Rasanya seperti bertemu keluarga dan ada kesempatan untuk mengungkapkan uneg-uneg atau keinginan yang selama ini dipendamnya.

Baca Juga:  Operasi Zebra Candi 2021, Polisi Bagikan Sayuran, Helm dan Masker dengan Kostum Kerajaan

Tugiran yang datang ke Banjarbaru dari Masingai jaraknya 219 kilometer ingin sekali menyampaikan keinginan keluarga Jogja yang tinggal di Masingai, Upau, Tabalong, Kalsel, untuk mendapatkan bantuan hibah seperangkat gamelan dari Pemerintah Provinsi DIY. “Syukur alhamdulillah, warga Jogja wonten Masingai remen sanget menawi Ngarso Dalem kerso rawuh wonten Masingai,” isak Tugiran, sambil mengusap air mata yang menetes di wajahnya.

Menurut Tugiran, keluarga dari Jogja yang tinggal di Masingai sampai sekarang masih memainkan karawitan, wayang kulit, ketoprak, campursari, dan seni budaya Jawa lainnya. Namun warga Jogja di Masingai tidak memiliki gamelan. “Dalem mohon, pimpinan wakil rakyat memperjuangkan keinginan kami untuk memiliki gamelan,” ujar Tugiran saat diberi kesempatan pranatacara Ahlan Ansori (Wakil Ketua Kejogja Kalsel) untuk berbicara atau mengungkapkan uneg-unegnya.

Mendengar uneg-uneg dan keinginan Tugiran, Wakil Ketua DPRD DIY Budi Waljiman, langsung meresponnya. Meski anggota DPRD DIY dari Partai Gerindra tidak berjanji, tetapi mengapresiasi keinginan warga Jogja di Masingai dan berupaya mewujudkan cita-cita para transmigran asal DIY di Masingai untuk memperoleh hibah gamelan.

Baca Juga:  Bupati Purbalingga Raih Penghargaan Bakti Koperasi dan UKM Tahun 2021 Kategori Pejabat Negara 

“Kalau bapak tinggal di wilayah DIY, kami bisa langsung menyanggupinya untuk pengadaan gamelan. Tetapi karena bapak tinggal di luar wilayah DIY, maka ada peraturan yang harus kita taati bersama. Tapi kita usahakan Pak,” ujar Budi Waljiman yang datang ke Banjarbaru Kalsel bersama Umaruddin Masdar (Wakil Ketua DPRD DIY), dan Hifni Muhammad Nasikh (Wakil Ketua Komisi A DPRD DIY).

Sedangkan Umaruddin Masdar, anggota DPRD DIY dari PKB, menanyakan apa grup kesenian atau kelompok warga Jogja di Masingai sudah berbadan hukum. Karena hibah gamelan itu diserahkan kepada organisasi, kelompok, kempalan, atau grup yang sudah berbadan hukum Indonesia, bukan diserahkan ke perorangan. “Kalau sudah berbadan hukum silahkan kirim surat ke Gubernur DIY, nanti DPRD DIY yang menganggarkannya,” tandas Mas Umar, panggilan akrab Umaruddin Masdar. (Ono)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *