“Kolah Banyu” Eduwisata Peduli Lingkungan

Narasumber, Sugiyanto, Slamet Supriono, Sihono HT, Emy Setyaningsih, dan host Tiwi Kalisa. (Foto: Wiradesa)

KULONPROGO – Sekolah Sampah Bantala Abyudaya (Kolah Banyu) di Padukuhan Kroco, Kalurahan Sendangsari, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulonprogo, menjadi destinasi wisata edukasi peduli lingkungan.

Kepala Kolah Banyu, Slamet Supriono, yang didukung Danarta Sendangsari, Sugiyanto SE, Wakil Rektor III Universitas Akprind Yogyakarta, Dr Emy Setyaningsih SSi MKom, dan Founder Wiradesa, Sihono HT, terus berupaya agar sekolah sampah yang pertama di Kulonprogo itu menjadi tempat pendidikan karakter anak usia dini yang peduli lingkungan.

“Sebagai pengelola keuangan di Kalurahan Sendangsari, kami mendukung program Kolah Banyu yang peduli terhadap lingkungan,” tegas Sugiyanto, saat tampil sebagai pembicara pada Podcast Campus Update Istakalisa di Joglo Bantala Abyudaya, Sendangsari, Sabtu 14 September 2024.

Sugiyanto menjelaskan peluncuran Kolah Banyu terkait dengan keberadaan Bank Sampah di Sendangsari. Jika di Kolah Banyu itu fokus ke pendidikan atau edukasinya, tetapi di Bank Sampah mengarah ke produksi.

Sedangkan Emy Setyaningsih menegaskan Universitas Akprind Yogyakarta yang menginisiasi terbentuknya Kolah Banyu terus berupaya agar sekolah sampah itu bisa berkelanjutan. Berbagai program telah dilaksanakan, antara lain pembuatan struktur kepengurusan, AD/ART, tatalaksana, prototipe budidaya maggot terintegrasi dengan pertanian dan perikanan, serta website.

Baca Juga:  Lestarikan Lingkungan, Kalurahan Jatimulyo Keluarkan Perdes Nomor 8 Tahun 2014

Selain programnya, Akprind University juga menyiapkan sumberdaya manusianya agar mampu mengelola Kolah Banyu secara profesional. “Kami menyiapkan trainer-nya, pengajarnya saat menjelaskan nanti menerapkan metode storytelling,” papar Emy Setyaningsih, yang juga dosen pendamping Tim PPK Ormawa BEM Akprind University.

Paket kunjungan ke Kolah Banyu sudah dirancang dan beberapa sekolah dan kelompok masyarakat sudah reservasi atau memesan untuk berkunjung ke Kolah Banyu, Kroco, Sendangsari, Pengasih.

Nantinya, pengunjung setelah sampai di Padukuhan Kroco akan diajak ke sendang untuk membasuh tangan dengan sabun eco-enzyme. Kemudian jalan menuju Joglo Bantala Abyudaya disambut dengan tari atau seni tradisi. “Pihak sekolah sampah menyajikan welcome drink, minuman ramuan alang-alang dan keripik bunga pisang,” ujar Emy.

Setelah mendapat pengajaran dari para trainer Kolah Banyu, para pengunjung akan diajak membuat karya dari bahan-bahan sampah, seperti mewarnai topeng dari kertas bekas, membuat batik dengan eco-print, membuat sabun cuci eco-enzyme, dan karya lainnya. “Karya itu nanti dibawa pulang untuk oleh-oleh dari Kolah Banyu,” jelas Emy Setyaningsih.

Baca Juga:  Memberi Solusi Persoalan Lingkungan di Sungsang
Pengolahan Kompos di Kolah Banyu. (Foto: Wiradesa)

Kepala Kolah Banyu, Slamet Supriono, memohon dukungan dari berbagai pihak untuk mengembangkan sekolah sampah yang dipimpinnya. Dukungan dari pemerintah, perguruan tinggi, masyarakat, dan media sangat diperlukan. “Semoga Kolah Banyu mampu menginspirasi masyarakat, khususnya anak usia dini untuk peduli terhadap lingkungan,” harap Slamet Supriono yang juga diamanahi sebagai Dukuh Kroco.

Founder Wiradesa (Wiradesa.co, mandiripangan.com, dan tunggal.co) yang aktif menyelenggarakan Sekolah Jurnalisme Desa, Sihono HT, mengingatkan agar dua hal menjadi perhatian, yakni kemandirian dan kesejahteraan. Kemandirian lembaganya dan kesejahteraan warga di sekitarnya. Selain itu partisipasi masyarakat menjadi salah satu kunci keberhasilan mengelola sebuah program, seperti Kolah Banyu. (Ono)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *