Launching Sekolah Sampah di Sendangsari Pamerkan Prototipe Budidaya Maggot Terintegrasi dengan Pertanian dan Perikanan

Prototipe budidaya maggot terintegrasi dengan pertanian dan perikanan. (Foto: Wiradesa)

KULONPROGO – Launching Sekolah Sampah Bantala Abyudaya (Kolah Banyu) di Padukuhan Kroco, Sabtu 31 Agustus 2024, disambut positif Pemerintah Kabupaten Kulonprogo, Universitas Akprind Indonesia, Pemerintah Kalurahan Sendangsari, dan masyarakat sekitar.

Peluncuran Sekolah Sampah dan Website Kolah Banyu yang diinisiasi oleh Proiklim Bantala Ahyudaya dan Tim Program Peningkatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Orwama) BEM Universitas Akprind Yogyakarta 2024, berlangsung semarak.

Setiap tamu yang hadir diberi dan dipasangkan pin Kolah Banyu, serta disambut pasangan muda mudi yang memakai pakaian hasil daur ulang sampah (recycle). Di sekitar tempat peluncuran, Joglo Bantala Abyudaya, dipamerkan hasil produk pengolahan sampah dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle).

Panitia juga memamerkan prototipe budidaya maggot terintegrasi dengan pertanian dan perikanan. Sampah untuk makan maggot. Sedangkan hasil maggotnya untuk pakan lele yang ada di kolam bioflok dan air dari kolam dialirkan untuk menyirami tanaman sayur mayur dan buah-buahan.

Pj. Bupati Kulonprogo, Ir. Srie Nurkyatsiwi M.MA. dalam sambutan tertulisnya menyatakan Sekolah Sampah Bantala Abyudaya di Padukuhan Kroco merupakan sekolah sampah yang pertama kali di Kabupaten Kulonprogo. Semoga sekolah sampah ini menginspirasi kalurahan lain menyelenggarakan kegiatan untuk mengatasi sampah yang sampai sekarang belum terpecahkan dengan baik.

Baca Juga:  Peragaan Busana Muslimah Meriahkan Milad ke-28 MAN 3 Kulonprogo

Sedangkan Wakil Rektor I Universitas Akprind Indonesia, Prof Anak Agung Putu Susastriawan ST. MTech. yang mewakili Rektor, menegaskan program Kolah Banyu akan terus didampingi agar Sekolah Sampah Bantala Abyudaya benar-benar menjadi tempat untuk belajar pengolahan sampah dengan prinsip 3R.

Foto bersama usai launching Kolah Banyu. (Foto: Wiradesa)

Prinsip 3R itu meliputi upaya reduce, reuse, dan recycle sampah. Reduse itu berupaya mengurangi sampah dengan cara membeli produk berkemasan minimal. Kemudian menggunakan energi lebih efisien, dan menghindari pemborosan sumberdaya.

Sedangkan Reuse, yakni berupaya menggunakan ulang dengan memanfaatkan kembali barang-barang yang masih dapat digunakan lagi. Misalnya mengisi ulang botol minuman, mendaur ulang kemasan, dan mendonasikan barang-barang bekas yang masih berfungsi.

Selanjutnya Recycle itu upaya mendaur ulang dengan memproses mengubah bahan-bahan bekas menjadi bahan baru yang dapat digunakan kembali. Ini melibatkan pengumpulan, pemrosesan, dan pemurnian limbah untuk menghasilkan produk baru.

Pengolahan kompos. (Foto: Wiradesa)

Sekolah Sampah Bantala Abyudaya diharapkan menjadi destinasi eduwisata dan tempat belajar bagaimana mengelola sampah. Universitas Akprind Yogyakarta Indonesia telah merancang website Kolah Banyu untuk publikasi dan membuat paket kunjungan ke Kolah Banyu.

Baca Juga:  Kepala BPIP Lepas 1.172 Mahasiswa KKN UGM

“Nanti para tamu, pengunjung, atau peserta sekolah sampah, pertama kali kami ajak ke sendang atau sumur untuk membasuh tangan dengan sabun eco-enzyme, kemudian jalan menuju joglo disambut dengan tari atau seni tradisi. Pengunjung menikmati seni tradisi  sambil minum ramuan alang-alang dan makan keripik bunga pisang,” papar Dr Emy Setyaningsih SSi. MKom. Wakil Rektor III Universitas Akprind Yogyakarta.

Selanjutnya, para pengunjung baru diajak belajar mengelola sampah dan menghasilkan karya daur ulang yang nantinya dibawa pulang untuk oleh-oleh. Setelah proses edukasi, pengunjung diajak makan bersama dengan makanan khas lokal, nasi bungkus daun jati.

Mendengar pemaparan dari berbagai pemangku kepentingan, Amelia dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kulonprogo, merasa tertarik dan akan berupaya mengajak siswa-siswa SD di wilayah Kulonprogo untuk berkunjung atau kegiatan outing ke Kolah Banyu di Padukuhan Kroco, Kalurahan Sendangsari, Kapanewon Pengasih.

Atas sambutannya yang positif, Lurah Sendangsari Suhardi dan Dukuh Kroco Slamet Supriyono SSi, berharap dan berupaya agar Sekolah Sampah di wilayahnya bisa berkelanjutan. Diharapkan bisa terus mengubah sampah menjadi karya dan membentuk karakter masyarakat, khususnya generasi muda yang peduli lingkungan. (Ono)

Baca Juga:  Diolah Tradisional, Gula Jawa Bikinan Tumiyo Digemari Pelanggan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *