KEBUMEN – Perkembangan digital di era sekarang semakin berkembang pesat. Dari generasi milenial sampai generasi z semua sangat melek akan literasi digital.
Literasi digital ialah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi ataupun yang lainnya dalam rangka membina interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Apabila digunakan dengan baik akan berpeluang mendapatkan digital money. Hal itu mengemuka dalam webinar nasional Literasi Digital, Senin 21 Juni 2021.
Keynote speech oleh Presiden RI Joko Widodo. Jokowi menjelaskan, literasi digital membutuhkan kerja keras semua pihak. Jokowi berpesan hendaknya dalam dunia digital agar dibanjiri dengan konten positif serta meminimalkan konten negatif. Literasi digital diharapkan dapat menggelinding dan terus membesar untuk meningkatkan sisi edukatif dan kreatif. “Akhir 2022, desa atau kelurahan akan terjangkau sinyal jaringan internet. Semua harus turun serta produktif, kreatif sehingga internet dapat bermanfaat dengan baik,” kata Jokowi.
Setelah itu, dilanjutkan dengan keynote speech oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Ganjar mengajak seluruh kalangan masyarakat untuk menyelami literasi digital. Jangan hanya digunakan untuk main game, chat WA dan main YouTube. Sebagai pengguna digital juga harus pandai memilah berita hoaks. Semua harus dibaca dan dipahami terlebih dahulu.
Tema webinar nasional kali ini ialah Konten Milenial yang Pancasilais di Media Sosial, dimoderatori Robby Aulia. Menampilkan narasumber Diana Aletia dari Kaizen Room. Menurut Diana, dalam literasi digital itu semua yang dapat mengoperasikan berbagai media digital dengan tanggung jawab. Skill media digital tidak hanya dapat menggunakan satu aplikasi dengan baik. Akan tetapi, dapat menggunakan berbagai aplikasi di era digital masa sekarang. Hal ini dikarenakan sebagian besar generasi muda paling berpengaruh saat menggunakan teknologi. Ada berbagai macam peluang di dunia digital, salah satunya untuk edukasi apalagi saat ini sistem pembelajaran yang serbadaring. Adanya perkembangan kemajuan digital dapat digunakan untuk beradaptasi ketika kegiatan pembelajaran. “Ketika menggunakan media digital harus edukatif, kreatif dan inspiratif agar bermanfaat,” terang Diana.
Pemateri kedua yaitu Sandy Nayoan SH, dosen Universitas Gunadarma. Dijelaskan olehnya, masyarakat digital dilindungi oleh negara. Saat membuat konten digital hendaknya memperhatikan beberapa hal seperti kesadaran, kebaikan, integritas dan tanggung jawab. Deskripsinya, ketika kita membuat konten digital harus sadar serta memiliki sifat jujur. “Apapun itu keadaannya harus diunggah dengan apa adanya. Ibaratnya jika sedang membuat konten hendaknya perhatikan lampu merah, kuning dan hijau sebagai pengendali,” beber Sandi.
Sandi menambahkan, konten yang akan dibuat, semua akan lebih baik ketika ada interaksi, kolaborasi dan transaksi dengan konten yang berlandaskan Pancasila.
Sementara pembicara ketiga Kholilul Rohman salah satu penggiat media sosial menyampaikan, sebelum membagi informasi akan lebih baik apabila disaring dulu baru sharing. Menurutnya, ikhtiar manusia Pancasila saat ini memang dengan jempol-jempolan, semua serba dengan gawai masing-masing. Sebagai insan yang Pancasilais menyadarkan kita untuk lebih dekat dengan konten sosial yang berbasis Pancasila. Pemakai media digital berkewajiban memberikan penampilan dan estetika kepada Pancasila sehingga hasilnya mudah dipahami.
Sedangkan Marya Fithriati MSW, pegiat literasi komunitas jug memaparkan, saat ini milenial menggunakan Pancasila sebagai nilai-nilai literasi yang kuat dalam dunia digital. Semua kalangan saling berpartisipasi dan berkolaborasi aktif satu sama lain. Akan tetapi, milenial sekarang juga harus savety terhadap digital. Jangan mudah mengunggah data pribadi ke jejaring sosial. Kondisi tersebut dikarenakan, sebagian besar masyarakat memakan waktu sekitar 9 jam untuk menggunakan internet sedangkan interaksi yang berlangsung sangat minim sekali. Hal ini membuat masyarakat harus berhati-hati terhadap pengaruh negatif.
Webinar yang diikuti salah satunya oleh para mahasiswa UMNU Kebumen ini ditutup dengan KOL (Key Opinion Leader) Sherrian Tharia. Dia menyerukan agar semua konten hendaknya Pancasilais dan entertrainer. Tujuannya supaya nilai-nilai Pancasila selalu tertanam. Bukan hanya itu saja, masyarakat juga semakin memahami kandungan secara langsung dari sila Pancasila. (Nur Anggraeni)