Nareta Defiani Raih Predikat Peneliti Terbaik Indofood Riset Nugraha

Mahasiswi UGM Nareta Defiani, terpilih menjadi peneliti terbaik dalam program Indofood Riset Nugraha 2021-2022. (Foto: Istimewa)

YOGYAKARTA – Mahasiswi Fakultas Biologi UGM Nareta Defiani, berhasil terpilih menjadi peneliti terbaik dalam program Indofood Riset Nugraha 2021-2022. Penganugerahan peneliti terbaik telah dilaksanakan pada Kamis (27/10). Nareta terpilih menjadi Peneliti Terbaik karena dianggap memenuhi kriteria penilaian yang meliputi lima aspek yakni pelaksanaan penelitian, mutu penelitian, teknik presentasi, penguasaan materi, dan sikap peneliti. Penelitian Nareta ini di bawah bimbingan Prof.Dr.Budi Daryono, M.Agr., Sc.

“Fakultas Biologi pernah meraih predikat sama di tahun 2018,” papar Nareta,”Selasa 1 November 2022.

Nareta mengaku telah melakukan observasi potensi mikroalga (Chlorella vulgaris) dan tanaman mata air (Azolla microphylla) sebagai sumber protein dalam pakan ayam alternatif yang dipersonalisasikan untuk ayam hibrida lokal hasil pemuliaan yang dilakukan oleh Gama Ayam, yaitu Golden Kamper.

Golden Kamper merupakan ayam dwiguna yang unggul secara kuantitas bobot dan kualitas fenotipnya. Sebagai pedaging, ayam kamper sudah bisa dipanen pada umur 49 hari, sedangkan lazimnya ayam pedaging lokal baru bisa dipanen pada umur 100 hari. Sementara itu, sebagai ayam petelur, kamper memiliki produksi telur yang sangat tinggi.

Baca Juga:  Sudarto, Sediakan Rumah Singgah Bagi Tamu yang Belajar Herbal

Nareta menjelaskan panen pertama sudah bisa dilakukan ketika ayam berumur 120 hari atau empat bulan. Produktivitas telur kamper tergolong tinggi, mencapai 140 telur per 300 hari. Namun, dalam praktiknya penggunaan pakan untuk ayam dwiguna masih didominasi oleh pakan broiler yang memiliki harga lebih tinggi (Rp10.500/kg) dibandingkan pakan ayam kampung (Rp6.000/kg). Selain itu, penggunaan pakan broiler untuk Golden Kamper dirasa tidak efisien karena galur ayam kampung membutuhkan energi sebesar 2.900kkal/kg sedangkan ayam broiler sebesar 3200kkal/kg.

“Kebutuhan protein ayam juga berbeda berdasarkan jenisnya. Golden Kamper yang difungsikan sebagai ayam petelur dan pedaging tentu saja membutuhkan protein yang lebih tinggi,”urainya.

Berdasarkan kondisi tersebut maka Nareta menginisiasi penelitian terkait pengaruh pakan alternatif campuran mikroalga C. vulgaris dan tanaman air A. microphylla terhadap gen cGH dan PRL sebagai marka gen yang mengontrol pertumbuhan dan perkembangan.

Dari penelitian yang dilakukan terlihat bahwa pemberian mikroalga dan tanaman mata air juga dapat menurunkan nilai FCR, namun tetap menghasilkan persentase karkas >50% dan berbeda secara signifikan. Tidak hanya itu, hasil RT-qPCR menunjukkan bahwa penambahan bahan lokal tersebut dapat meningkatkan level gen cGH dan PRL dalam sitoplasma. Maka dari itu, formulasi pakan alternatif yang diinisasi dan diteliti ini dapat menjadi kandidat pakan yang optimal untuk ayam hibrida maupun ayam dwiguna lainnya. (*)

Baca Juga:  Waspada Banjir Bandang Pascaerupsi Semeru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *