Orang ‘Gila’ Berhasil Cetak Sawah di Lahan Kering

GUNUNGKIDUL – Orang ini sering dianggap ‘gila’ oleh sebagian tetangganya. Karena tidak jarang, dia melakukan sesuatu yang tidak wajar. Pekerjaan yang dianggap aneh itu, antara lain menanam padi di halaman rumahnya yang kering di Padukuhan Tambakrejo, Kelurahan Semanu, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Namun Wiyono (39), petani di daerah tandus ini tidak marah dianggap ‘gila’. Karena, baginya, untuk mengubah nasib petani di Gunungkidul harus dengan pemikiran yang gila. Pemikiran di luar kebiasaan. Out of the box.

Penanaman padi di halaman rumah itu sebenarnya uji coba, pendiri Studio Tani Kali Suci Semanu, untuk mencetak lahan sawah di tanah kering. Caranya dengan mengeduk tanah dan memasangi plastik UV di dasarnya.

“Pemasangan plastik UV ini agar air tidak cepat hilang. Selain itu juga kuat menahan tanah dan pupuk yang diperlukan tanaman padi,” ujar Wiyono, saat ditemui Wiradesa.co di Studio Tani Kali Suci Semanu, Gunungkidul, Kamis 18 Februari 2021.

Uji coba cetak sawah lahan kering dijalankan Studio Tani Kali Suci di halaman rumah seluas 3,5 meter x 8 meter atau 28 meter persegi. Lahan dikeduk sekitar 20 cm. Kemudian dilapisi plastik UV di dasarnya. Selanjutnya diurug lagi dengan tanah dan diberi pupuk kompos serta air secukupnya.

Baca Juga:  Santri Berperan Gerakkan Ekonomi Desa

“Plastik UV itu tahan api dan benda tajam, serta tidak cepat lapuk. Harganya juga relatif murah,” tegas Wiyono. Plastik UV ukuran 1 meter x 6 meter harganya Rp57.000. Jika belinya banyak, harganya akan lebih murah.

Setelah lahan cetak sawah itu diberi tanah, pupuk organik, dan air, selanjutnya ditanami padi. Wiyono memilih jenis padi Mentik Susu, karena jenis padi ini tahan roboh, nasinya pulen disukai konsumen, dan tahan hama daun.

Selain itu, jenis tanaman padi Mentik Susu, juga tahan hama Wereng Coklat, umur sedang, damennya disukai binatang ternak, dan rendemen gabah bagus, karena produksi berasnya mencapai 70 persen. Tanaman padi ini juga tidak rakus pupuk, tidak memerlukan pupuk banyak, dan kurang disukai tikus, karena batangnya bulat keras.

Wiyono Berhasil Cetak Sawah di Lahan Kering (Foto: Ono/Wiradesa)

Masa panen padi jenis Mentik Susu di lahan cetak sawah, yakni 105 hari atau sekitar 3,5 bulan. Rekayasa cetak sawah yang dilaksanakan Studio Tani Kali Suci Semanu tidak mengenal musim hujan atau kemarau. Sepanjang tahun bisa ditanami padi. Sehingga setiap tahun bisa panen padi 3 kali.

Baca Juga:  Ekspedisi Geopark Toba Hari Pers Nasional 2023

Berdasarkan perhitungan Studio Tani Kali Suci, cetak sawah di lahan kering seluas 10.000 m2 atau 1 hektar memerlukan biaya sekitar Rp100 juta. Setiap panen bisa menghasilkan 8,3 ton gabah kering. Sehingga dalam setahun mampu memproduksi 24,9 ton gabah kering.

Jika harga beras Rp10.000 per kg, maka dalam setahun sudah menghasilkan sekitar Rp174.300.000. Dari sisi bisnis dalam waktu satu tahun, sudah balik modal, bahkan untung Rp74.300.000. “Itu baru perhitungan hasil panen padi, belum harga jual tanah yang dulu kering, tegalan, sekarang jadi lahan sawah, produktif,” papar bapak tiga orang anak ini.

Sebenarnya suami Dewi Rahayu itu tidak berpikir muluk-muluk. Dia hanya memanfaatkan tanah yang sedikit, tidak produktif, menjadi produktif dan bisa menghidupi keluarga. Caranya dengan rekayasa cetak sawah, memilih bibit padi yang sesuai, memakai pupuk alami, dan menjamin produksi padinya sehat.

Jika ada yang mengatakan orang ‘gila’ itu bukan urusan Wiyono. Justru bapak dari Albar, Bachtiar, dan Zian ini merasa bangga dengan sebutan ‘gila’. Karena baginya ‘gila’ itu gagasan ide langsung aksi. Tidak perlu banyak bicara, tidak perlu banyak wacana, tetapi langsung bertindak. (Ono)

Baca Juga:  Pasar Srawung Pinggir Kali Oya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *