Para Perajin Tudung di Desa Grujugan Ikuti Pelatihan Membatik

KEBUMEN – Sebanyak 50 orang warga Desa Grujugan, Petanahan, Kebumen mengikuti pelatihan membatik yang diselenggarakan pemerintah desa setempat bekerjasama dengan Dinas Perdagangan Kabupaten Kebumen. Pelatihan membatik di bawah bimbingan Supriyati dan Miskun dari Batik Mekar Sejahtera.

“Pelatihan membatik sangat kami dukung. Semoga, makin meningkatkan kreativitas warga terutama ibu-ibu usia produktif. Setelah lancar membatik diharapkan dapat mengembangkan kreasi produk-produk yang sudah ada sebelumnya. Seperti tudung (caping) dikreasi batik, sebagai suvenir, sehingga nilai ekonomi meningkat, kesejahteraan warga ikut meningkat,’’ ucap Kepala Desa Grujugan, Sumaji kepada wiradesa.co, Senin (18/01/2021).

Sekretaris II Karang Taruna Desa Grujugan, Taufik Nur Kholis yang turut serta mengikuti pelatihan membatik menuturkan, pelatihan membatik selama 18 hari bertujuan untuk menggali potensi warga khususnya pada produksi kain batik. Dari 50 orang peserta, sehari-hari kebanyakan bekerja sebagai perajin tudung. Peserta dibagi menjadi lima kelompok. Dua kelompok mengikuti pelatihan di balai desa, dua kelompok di Gedung Gapoktan dan satu kelompok di rumah warga.

Baca Juga:  Kafilah MTQ UGM Sabet 4 Medali MTQ Mahasiswa 2023

“Proses membatik itu meliputi pembuatan pola, mencanting, pewarnaan, hingga proses lorod (dibersihkan). Alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain kompor, kuali, canting, baskom, malam, kain dan pewarna,” kata Supriyati. Menurut Supriyati, membatik itu mudah. Bagi pemula, yang terpenting berani praktik dan ditambah sedikit kesabaran untuk membatik. “Agar tidak ndlodor, ketika ambil malam harus ke atas bukan ke bawah,” ucap Supriyati kepada para peserta.

Peserta, pelatihan dalam sehari-hari kebanyakan bekerja sebagai perajin tudung (Foto: Wiradesa)

Kain batik yang dibuat dalam pelatihan ada tiga macam yaitu sapu tangan, selendang dan kain sepanjang dua meter. Untuk yang sapu tangan digunakan sebagai bahan penilaian ujian menjelang akhir pelatihan. “Semua peserta pemula, tak satu pun dari mereka mengenal batik. Tetapi begitu diajari tanggapannya bagus. Bahkan tanpa diberi teori mereka langsung praktik. Semua antusias mengikutinya,” imbuh Supriyati. Usai pelatihan, para peserta akan dipantau. Apabila terus mengembangkan batik maka akan dibentuk inkubator bisnis beserta dana untuk pengembangan usaha. Hal itu membuat warga tertarik mengikuti pelatihan. (Nur Anggraeni)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *