Persiapkan Relawan Tangguh, Dompet Dhuafa Jateng Gelar Pelatihan Tanggap Bencana

Pelatihan tanggap bencana (Foto: Wiradesa)

WONOSOBO – Dompet Dhuafa Jawa Tengah bekerja sama dengan DMC Dompet Dhuafa (Disaster Management Center) menyelenggarakan Pelatihan Tanggap Bencana. Acara ini diikuti oleh peserta dari DDV (Dompet Dhuafa Volunteer) se Jateng, Ospital (Mapala Fakultas Kedokteran Universitas Jendral Soedirman Purwokerto) berlokasi di  Semensari, Tlogomulyo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

Pelatihan ini diadakan selama 2 hari, yakni Sabtu dan Minggu 30-31 Oktober 2021 dalam kondisi cuaca hujan. “Kabut yang lumayan tebal, mendung, disertai hujan membuat suasana seperti dalam keadaan bencana yang asli, ” ucap Andri DDV Chapter Solo ketika sedang beristirahat.

Antusiasme dan semangat peserta dalam mengikuti pelatihan sangat tinggi. Ketika mengikuti urutan acara yang sudah dirancang, semua peserta semakin penasaran dengan kegiatan berikutnya. Menurut banyak peserta, merasakan keasyikan dan keakraban ketika melakukan kegiatan masak memasak. Ketika melakukan kegiatan praktek dan materi. Najib mengatakan keseruan kegiatan ini kalau pas masak memasak.

Ketika pada jadwal sesi kegiatan simulasi, beberapa peserta disuruh akting sebagai korban, ceritanya menjadi korban angin puting beliung dan banjir bandang. Ada 10 korban yang terdiri dari 6 laki-laki dan 4 perempuan.

Baca Juga:  Kios Pasar Rakyat Jogja Gumregah Diminati Pedagang
Peserta mengikutinya dengan antusias dan semangat yang tinggi (Foto: Wiradesa)

Indra sebagai korban meninggal, Wildan sebagai korban meninggal, Ja’far sebagai korban pingsan, Nanang sebagai korban kaki keseleo, Alfin sebagai seorang kakek dan korban sekaligus yang kehilangan cucunya, Agung sebagai anak hilang, cucu dari Alfin, Muhaimin sebagai korban anak laki laki berumur 8 tahun anak dari Ocha, yaitu ibu hamil yang juga menjadi korban.

Atinaa sebagai korban luka berat, Elsa sebagai korban luka ringan, dan Ajeng sebagai korban yang selamat namun teriak histeris karena belum bisa menerima kejadian tersebut.

Akting mereka sangat totalitas sehingga membuat peserta yang dijadikan sebagai petugas SAR juga merasakan kondisi yang menyerupai dilapangan sebenarnya.

Alfin mengungkapkan ketika dirinya ditugaskan menjadi kakek kakek yang kehilangan cucunya mengaku sangat lucu ketika akting sebagai sifat kakek melihat dan merasakan para petugas SAR yang kesulitan ketika menyelamatkan dirinya.

Kegiatan ini berakhir pada hari Minggu sore sekitar pukul 3 setelah sesi simulasi, namun molor dari rencana. Disaat akan melakukan penutupan kegiatan, disambut dengan hujan yang deras. Panitia menunggu 1 jam berharap hujan sudah reda, akan tetapi masih belum juga sehingga dialihkan ke aula, bukan di lapangan.

Baca Juga:  Buruh Ngarit, Pahlawan Pangan Lokal

Dengan adanya kegiatan ini, para panitia berharap kepada peserta yang mengikuti pelatihan bisa menerapkan ilmu yang telah dipelajari di lingkungan sekitar khususnya dan bisa dapat terjun langsung dalam bencana-bencana lainnya.

Semua memang tidak berharap bencana terjadi, akan tetapi persiapan yang matang merupakan langkah terbaik untuk meminimalisir segala macam resiko ketika bencana terjadi. (Ehkna Abu Bahqrin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *