Sukijo, Meski Pensiun Masih Sering Disapa Pak Dukuh

Sukijo, pensiun jadi dukuh (Foto: Wiradesa)

KULONPROGO – Lima bulan lalu, Sukijo pensiun dari jabatannya sebagai dukuh Sogan, Wates. Sosok kelahiran 1960 itu mengatakan, kesehariannya kini banyak dihabiskan buat menikmati hari tua dan banyak beribadah.

“Sama Pak Lurah belum boleh pensiun. Malah ditawari untuk perpanjangan (sebagai dukuh-red) tapi saya sampaikan agar ganti yang lebih muda saja. Di bidang lain di usaha alat berat sebagian besar juga sudah dikelola anak-anak,” terang Sukijo saat ditemui di rumahnya Sogan, Wates, Minggu 31 Oktober 2021.

Sukijo mengisahkan, dirinya terpilih sebagai dukuh pada 2002. Di sela tugas dan tanggungjawab sebagai seorang dukuh, sosok bertumbuh tambun ini menekuni bisnis alat berat. “Ada bego milik saya sama anak-anak. Saat ini semua ada 14 unit. Ada yang tengah disewa di Kebumen, garap pekerjaaan di sekitar Congot, kalau tak ada kendala rencana ikut pekerjaan proyek tol, serta hotel,” tutur Sukijo yang masuk jajaran direksi di PT Kokap Permata Utama.

Kepada wiradesa.co Sukijo pun menceritakan, riwayat kerja beberapa puluh tahun silam. Pekerjaan yang ditekuni dulu sangat jauh dari yang digeluti saat ini di bidang alat berat, pengerjaan uruk hingga konstruksi. “Saya dulu 20 tahun nyopir bus jurusan Yogya-Jakarta-Medan bersama PO Antar Lintas Sumatera (ALS). Pernah juga ambil jurusan Yogya-Bogor, Yogya-Jakarta bersama PO Pratama juga ambil trayek antar kota Yogya-Purwokerto membawa PO Raharja,” tuturnya. Dua puluh tahun di balik kemudi bus, dilalui Sukijo dengan mulus. Tak pernah sekalipun mengalami musibah seperti tabrakan. Namun, selama kurun waktu itu dia mengalami 9 kali pembegalan. Semua di wilayah jalur lintas Sumatera.

Baca Juga:  Berupaya Meningkatkan Minat Baca, Seniman Kulonprogo Dirikan Taman Baca

Hidupnya berubah drastis, dari orang yang jarang di rumah jadi orang yang dituntut banyak di rumah setelah terpilih sebagai dukuh. “Uniknya sampai sekarang sudah nggak jadi dukuh masih disapa Pak Dukuh. Ada apa-apa masih ikut menggerakkan. Jadi dukuh tentu banyak di rumah. Tapi bila sela nyambi sambil nyupir truk dump. Operasikan bego juga bisa. Tapi sekarang sudah jarang ke lapangan. Pergi paling ngaji ke pesantren di Sapuran. Belajar wiridan. Pergi motoran atau sekadar bawa mobil masih bisa,” terang Sukijo yang mengaku menderita sakit asam urat.

Jiwa sosial diakui Sukijo tetap dipertahankan. Sejak dulu kala di bus lintas Sumatera sering bantu sesama sopir dan kru bus, kala sudah jadi pemborong sebagian penghasilan dari garapan proyek dialokasikan bagi anak yatim kini jatah sawah garapan sebagai pensiunan dukuh seluas setengah kotak dengan panen padi sekitar 3 kuintal diserahkan untuk membantu anak yatim di sekitar Wates.

Dikatakan Sukijo, bego miliknya beberapa kali dipinjamkan gratis buat kepentingan pembangunan masjid seperti beberapa tahun lalu dipakai membongkar gunung di Nabin Pengasih meratakan lokasi masjid dan membongkar gunung di Dhisil guna menguruk dan meratakan halaman Masjid Baitussalam Karangwetan Salamrejo Sentolo sekitar 80 truk dump secara cuma-cuma. “Kalau itu untuk amal jariyah,” tukasnya. (Sukron)

Baca Juga:  KKN 41 Kolaborasi: Memelihara Tanaman Jeruk Lemon bersama PKK Desa Tanon

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *