Petani di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah memperlihatkan keuletannya dan pantang menyerah meski menghadapi iklim yang ekstrem. Mereka tidak galau meski menghadapi kemarau yang berkepanjangan.
Para petani di wilayah Berbah, Sleman, DIY, bekerja keras untuk memperoleh air guna mengairi tanaman pangannya. Mereka memanfaatkan genset untuk memompa air dari dalam tanah. Ada sebagian petani yang memakai mesin diesel untuk menyedot air dari sungai yang masih ada aliran airnya.
Sugeng, petani di Jogotirto memompa air dari sumur bor. Untuk mendapatkan air, dia harus menyewa mesin diesel dan beli selang plastik untuk mengalirkan air di area tanaman bayamnya. Meski harga bayamnya sangat murah, tetapi petani ini tidak pernah menyerah.
“Kami sangat membutuhkan air, untuk menyirami tanaman dan mengolah lahan. Karena jika tidak dialiri air, tanah di sini keras,” ujar Sugeng, kepada Wiradesa.co, Sabtu 23 September 2023. Selain menanam bayam, Sugeng juga menanam cabai dan akan menanam kacang.
Sedangkan Ponijan, petani lainnya, memanfaatkan genset untuk mengambil air dari sungai. Sebenarnya cara tersebut memerlukan biaya yang cukup mahal, tetapi itu dijalaninya agar tanaman pangannya tidak kering dan mati.
Petani merupakan ujung tombak untuk mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia. Tetapi mereka sering menghadapi kesulitan dan tidak jarang dijadikan obyek untuk kepentingan ekonomi dan politik. Para petani bekerja keras, tetapi pihak lain yang lebih banyak menikmati hasilnya. (*)