KULONPROGO – Sejak awal musim pandemi Maret 2020 hingga saat ini Hadi Sugiarto (38) belum pernah mudik ke kampung halamannya di Dukuh Salam Slawi, Kabupaten Tegal. Seperti para perantau asal Lebaksiu,Tegal, yang tinggal di kota besar seperti Jakarta, Hadi telah menentukan pilihan hidup berdagang martabak manis, martabak telur.
“Merantau ke Bogor pernah. Dua tahun. Pindah Depok Jawa Barat satu tahun. Habis merantau pulang kampung. Di Bogor dulu ikut sama Pak De yang jualan martabak,” kata Hadi di lapak jualannya Jalan Raya Sentolo Wates KM 17, tak jauh dari lokasi palang pintu KA perlintasan sebelum Pasar Sentolo lama yang telah ditutup
Di musim hujan seperti saat ini, tiap malam paling tidak sekitar 30 porsi martabak telur dan martabak manis ludes terjual. “Jualan selama ada pandemi belum bisa stabil. Apalagi ini musim hujan,” terang Hadi yang mangkal di lokasi tersebut sejak 2009.
Hadi menuturkan, saban hari dia mulai buka lapak jualan pukul 16.00 dan tutup menjelang tengah malam. Hadi murni menyerap ilmu membuat martabak dari Pak De saat ia tinggal di Bogor. Komposisi martabak bagaimana bikin adonan martabak biar enak, sepenuhnya telah dia kuasai di luar kepala. Begitu pun dengan proses berikutnya yaitu menaruh adonan di loyang martabak lalu membolak-balik dan mematangkannya. Keahlian Hadi soal pembuatan martabak tak lagi diragukan. Ia pun didukung mentalitas sebagai pekerja keras, ulet khas para pekerja sektor informal yang tak mudah putus asa.
“Pelanggan atau pembeli, umumnya orang yang pulang kerja,” ujar Hadi sembari sedikit buka resep adonan martabak manis yang berkomposisi gandum, telur, susu, gula, garam. Adonan dibikin di rumah setelah sore buka lapak dan dirinya langsung melayani pembeli.
Berbagai jenis martabak dengan toping pisang, coklat kacang, susu, dan lainnya ditambah martabak telur dengan isian cincangan daging ayam, melangkapi dagangan Hadi.
Selain jualan buka lapak, martabak Hadi juga kerap laku kala ada orang menggelar hajatan. Martabak bikinannya tak jarang ikut diborong sebagai salah satu menu penganan yang diperuntukkan bagi tamu entah hajatan mantenan, khitanan atau lainnya. “Untuk melayani hajatan harga hitungannya borongan, misal untuk 400 porsi atau berapa ratus porsi sudah ada harga patokannya,” imbuh Hadi. (Sukron)