KULONPROGO – Area camping ground dan outbond di Desa Wisata Tinalah hanya sebagian dari potensi Kalurahan Purwoharjo, Samigaluh. Di lokasi tersebut masih terdapat sejumlah potensi alam yang memikat dan terus dikembangkan tanpa harus merusak alam. Hal itu diungkap Lurah Purwoharjo Ari Wibowo kepada wiradesa.co, beberapa waktu lalu.
“Di Purwoharjo terdapat 14 padukuhan dengan sekitar 1200 kepala keluarga. Potensi ekonomi yang ada dan kami kembangkan yakni wisata desa. Didukung Kedai Kopi Tinalah, area camping dan outbond, joglo, balai kesenian, beberapa homestay, kuliner ingkung dan lainnya. Dengan pemandangan alam ndesa, suasana asri. Batu sungai tidak ditambang tapi dikemas untuk mendukung wisata desa bagaimana agar orang tertarik datang” ucap Ari Wibowo.
Di Purwoharjo juga terdapat spot wisata desa Kleco dan spot wisata sejarah yang mengagendakan kegiatan rutin dua tahunan. Desa Wisata Tinalah, ungkap Ari Wibowo dirintis sejak 2013 di kawasan seluas 2,5 hektar. “Kunjungan ke Desa Wisata Tinalah pada masa awal sekitar 1000 orang setahun. Dan kunjungan meningkat di tahun 2017-2019. Sehari-hari dikelola Pokdarwis Purwoharjo. Pengelolaan ke depan mengarah merger dengan BUMDes. Dalam pengembangan wisata desa kami juga didukung Badan Otorita Borobudur,” imbuhnya.
Paket wisata camping dengan peserta hingga 30 orang, lanjut Ari Wibowo, dikelola profesional. Sarana pendukung berupa parkir, toilet, tanah lapang terbilang memadai untuk kegiatan camping. Pengembangan lain yang dilakukan misalnya jeep wisata, pembukaan jalur joging. Dengan suasana desa yang asri, Purwoharjo dilalui jalur sepeda yang cukup kondang. Yakni jalur Luna Maya sepanjang kurang lebih 1 km. “Tiap Ahad para pesepeda yang menyusur Jalur Luna Maya melintasi Purwoharjo banyak yang lalu lalang. Terkoneksi dari Kalibawang, melintas di Purwoharjo meniti jalur tepi Selokan Kalibawang ke selatan menuju destinasi lain dan melewati sejumlah kedai kopi yang tengah booming. Disebut Jalur Luna Maya karena memang jalur ini pernah dilewati artis Luna Maya juga Wulan Guritno,” papar Ari Wibowo.
Menurut Ari Wibowo, penguatan sarana pendukung wisata desa dan infrastruktur mutlak diperlukan. Seperti sarana pendukung untuk menikmati ragam kuliner agar wisatawan yang datang bisa mapan dan mangan dengan nyaman. “Bila seluruh insfrastruktur pendukung terkelola baik dan konsisten, harapannya para wisatawan tidak hanya singgah atau lewat sejenak tapi mau berlama-lama, bahkan menginap dan makan di sini,” ujar Ari Wibowo sembari mengatakan kawasan wisata di tempatnya didukung pula oleh kawasan wisata mikrohidro PLTMH Kedungrong.
Sebagai desa wisata, Tinalah banyak dikunjungi wisatawan rombongan. Di Tinalah wisatawan biasa menyelenggarakan kemah keakraban (makrab) sehingga tersedia perlengkapan tenda buat berkemah meski jumlahnya terbatas namun bila kurang bisa sewa dari luar. Paket kemah umumnya dua hari satu malam atau tiga hari dua malam.
“Kegiatan selama kemah atau camping tergantung tamu. Mau materi kelas lapangan, outbond, susur sungai, tubing selokan. Yang mau beserta makan atau menikmati kuliner akan kami layani. Tidak hanya rombongan, wisata keluarga dengan model campervan bisa kami layani. Untuk sajian khas, ibu-ibu unit usaha peningkatan pendapatan keluarga (UP2K) punya menu terong sumpel, juga ingkung ayam kampung,” paparnya. (Sukron)