YOGYAKARTA – Cyberbulying menjadi perhatian karena di Indonesia praktik tersebut sudah dianggap menghawatirkan. Riset Microsoft pada 2020 dengan menggunakan keadaban digital sebagai tolok ukur, hasilnya menunjukkan netizen Indonesia termasuk tidak sopan. Netizen negeri kita menempati urutan ke-29 atau nomor 3 dari bawah dari 32 negara yang diteliti.
Dosen Pascasarjana Magister Ilmu Agama Islam (MIAI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Dr Azam Syukur Rahmatullah SHI MSI MA MPsi C PNLP menuturkan, cyberbulying menimbulkan beberapa dampak negatif. Secara mental menyebabkan perasaan malu, merasa bodoh, bisa berakibat orang yang menjadi korban menyalahkan diri dan menarik diri dari lingkungan bahkan bisa berdampak lebih fatal. Dampak lain, berakibat secara emosi menyebabkan perubahan sikap dan perilaku, memicu stres dan depresi.
“Bentuk cyberbulying, seperti pengiriman teks, foto, gambar meme, dan video ke akun media sosial seseorang dengan tujuan menghina, menyindir, melecehkan, mendiskriminasi dan mempersekusi individu,” kata Azam Rabu 15 Maret 2023.
Menyikapi bahaya cyberbulying, baru-baru ini Lembaga Pengabdian Masyarakat UMY melaksanakan Pengabdian Kemitraan Masyarakat (PKM) di Madrasah Aliyah Plus Nururrohmah Tambaksari Kuwarasan Kebumen. Azam didampingi Prof Dr Drs Muhammad Azhar MAg, Kadir, Dedie Adhy Toto Utomo, Faizal Suhartoyo, Akbar Nur Aziz dan Dr Khamim Zarkasih Putro MSi.
Dikatakan Azam, pengenalan cyberbulying daycare bekerjasama dengan Polsek Kuwarasan Kebumen. Program lain berupa lomba poster tentang cyberbulying untuk mengenalkan bahaya cyberbulying.
“Peneliti mengadakan kegiatan yang memberi edukasi tentang bahaya cyberbulying melibatkan 200 siswa peserta didik yang rata-rata belum pernah mengikuti sosialisasi program cyberbulying daycare,” jelasnya. (Sukron)