Tanam Timun 55 hari Panen Petik 23 Kali

Seorang ibu, buruh petik, sedang memanen buah timun di Jogotirto, Berbah, Sleman, Selasa (5/12/2023). (Foto: Wiradesa)

MENANAM timun baby, perawatannya mudah, tetapi hasilnya melimpah. Selain itu masa panennya juga relatif cepat. Hanya memerlukan waktu sekitar 28 sampai 32 hari sejak tanam, sudah bisa panen.

Pada Selasa 5 Desember 2023, Nanang, petani di Desa Jogotirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, memetik ke-23 tanaman timunnya. Usia tanam timunnya 55 hari.

“Hari ini dapat tiga karung, beratnya 45 kilogram,” ujar Nanang saat ditemui Wiradesa.co di kebunnya, Selasa (5/12/2023). Harga timun baby, saat ini Rp 4.000 per kilogram. Sehingga pagi itu, petani milenial ini memperoleh pendapatan Rp 180.000.

Menurut Nanang, petik timun biasa dilakukan pada pagi dan sore. Jadi setiap hari petik dua kali. Sehingga tanaman timun seluas 2.500 meter persegi, sejak petik pertama sampai petik sekarang, setiap hari mendapatkan uang sekitar Rp 360.000.

Pendapatan itu masih ditambah hasil dari tanaman lombok, melon, dan jagung. Karena selain tanaman timun, lahannya juga ditanami tanaman lain dengan sistem tumpangsari. Jadi menjadi petani itu memang harus bekerja keras dan kreatif.

Baca Juga:  Joglo Tani Wujudkan Kemandirian Pangan dengan Pertanian Terpadu

“Kami sudah memutuskan untuk menjadi petani. Apapun resikonya harus saya hadapi,” tegas Nanang, petani muda yang sebelumnya bekerja di perusahaan farmasi dan sudah keliling ke berbagai daerah di Indonesia.

Nanang menyadari, untuk memperoleh hasil dari bertani perlu waktu. Setidaknya tahun ke-empat atau tahun ke-lima baru merasakan hasilnya dari usaha pertanian. “Tahun pertama untuk belajar, tahun kedua berbudidaya, tahun ketiga mengetahui manajemen, dan tahun keempat, baru tahu usaha pertanian sebenarnya,” papar Nanang.

Dengan tiga tahun menjadi petani, Nanang sekarang sudah mulai paham dengan tanaman. Baginya tanaman itu juga punya hati, bisa merasakan. Jadi jika ada masalah di keluarga, jangan sekali-kali dibawa ke sawah atau lahan pertanian. “Jika masalah keluarga dibawa ke kebun, maka tanamannya juga akan bermasalah,” tegas Nanang.

Selain masalah keluarga, para petani juga perlu memperhatikan kondisi alam. Seperti musim penghujan yang mulai dirasakan saat ini, akan berpengaruh pada tanaman timun. Umumnya tanaman timun tidak tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi menyebabkan bunga mentimun berguguran dan gagal berbuah.

Baca Juga:  Pelajar Pancasila, Keliling Kandang, Melukis Sapi

Sehingga petani harus memikirkan tanaman lain untuk ditanam di sela tanaman timun. Agar nanti jika tanaman timun sudah tidak produktif, maka tanaman lain yang akan mendatangkan penghasilan bagi petani. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *