Beruntunglah bagi warga desa Pleret, yang berhasil memilih lurah baru Taufiq Kamal S.Kom, M. Cs. Walaupun low profile, tetapi pemikirannya sangat brilian untuk kemajuan desa yang berada di wilayah Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul tersebut.
Latar belakang pendidikan dan keahlian di bidang komputer dan IT, ternyata menjadi skill yang sangat mendukung kinerjanya sebagai lurah desa. Hal ini terbukti belum genap tiga tahun menjabat telah membawa dampak kemajuan bagi desa yang dipimpinnya.
Di bawah komando Taufiq Kamal, Desa Pleret seolah baru saja terbangun dari tidur panjangnya. Nama desa ini tiba-tiba mencuat menggema menarik perhatian dari berbagai pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
Predikat sebagai juara lomba desa tingkat Provinsi DIY dan maju ke tingkat regional Jawa-Bali inilah yang menjadikan Pleret mendadak moncer di kancah nasional. Tak mengherankan bila banyak pemerintah daerah dari berbagai provinsi kini antre untuk belajar langsung menimba ilmu di Desa Pleret. “Jadwal kunjungan studi banding dari berbagai daerah semakin padat,” kata Taufiq Kamal kepada Wiradesa.
Sebagai gambaran, sejak November tahun kemarin Pleret sudah dikunjungi dari Pemda Tanah Laut (Klasel), Blitar (Jatim). Pada akhir Februari kemarin, rombongan dari Pemda Belitung juga melakukan studi banding yang dipimpin langsung Bupati Belitung, Sahani Saleh S.Sos. Rombongan pemda ini terbilang komplit karena bupati membawa 15 OPD camat dan semua kepala desa.
Rombongan Bupati Belitung tersebut disambut di Pendopo Kalurahan Pleret oleh jajaran Pemerintah Kalurahan Pleret dan Kabupaten Bantul. Selain Lurah Pleret Taufiq Kamal, ada juga Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan, Yus Warseno.
Dalam kunjungan tersebut, Bupati Belitung berharap bisa memetik banyak hal dari Kalurahan Pleret. “Dari informasi yang kami dapatkan, desa ini sudah menerapkan pelayanan desa digital. Dan banyak kemajuan dengan mendirikan desa wisata dan mendorong kemajuan UMKM,” ujar Sahani Saleh, Bupati Belitung.
Dalam tanggapannya, Lurah Pleret Taufiq Kamal merasa yakin bahwa setiap desa atau kelurahan di Indonesia pasti memiliki potensi yang dapat mengangkat desa. Ia percaya, majunya Indonesia juga ditentukan dari kemajuan desa-desa di Indonesia.
Taufik Kamal bercerita bagaimana dia membangun Pleret dari potensi yang dimiliki. Salah satu potensi yang dimiliki Pleret yang tidak dimiliki desa lain adalah keberadaan situs sejarah, di mana Pleret pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Islam.
Dengan keterkaitan sejarah Kerajaan Mataram Islam tersebut, Taufiq Kamal mengusung tema besar Pleret Heritage of Mataram. “Dulunya Pleret ini merupakan kerajaan besar, ada banyak jejak Mataram Islam di sini. Situsnya juga banyak. Walau hanya tinggal tumpukan batu bata, ada cerita di sana. Kekuatan cerita ini penting untuk pengembangan wisata,” ujar Taufiq.
Kegiatan studi di Kalurahan Pleret diawali dengan paparan materi tentang potensi dan sistem tata pemerintahan Kalurahan Pleret. Dalam kesempatan ini, Taufiq Kamal memaparkan bagaimana konsepnya mengembangkan Pleret. Ia mengemban misi menjadikan desa Pleret sebagai Desa Digital yang mandiri berbudaya, sejahtera dan religius.
Dengan program digitalisasi desa, Taufik ingin membangun pemerintahan yang good government. Pemerintahan yang bersih dan transparan caranya dengan mengembangkan sistem aplikasi yang dipantau masyarakat secara realtime. “Apa saja kami tampilkan mulai dari kegiatan lurah dan staf hingga program kegiatan berikut anggarannya,” ujar Taufiq.
Taufiq juga mengusung program yang dinamakan smart people yang bertujuan menjadikan masyarakat cerdas dan berdaya. Dengan masyarakat yang cerdas, setiap program dijalankan pemerintah desa akan mendapat dukungan penuh dari masyarakat.
Menurut Taufiq, sekarang ini ada problem besar terkait relasi antara masyarakat dan pemerintah yang harus segera diatasi. Problem yang dimaksud adalah rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. “Mindset masyarakat terhadap pemerintah sudah sangat jelek. Ini masalah serius yang butuh penanganan, karena tanpa kepercayaan masyarakat, apapun yang dilakukan pemerintah tidak akan membawa hasil yang maksimal,” tandas lurah kelahiran 1987 ini.
Taufiq menegaskan, uang yang besar tanpa kepercayaan masyarakat tidak akan berarti apa-apa. Uang yang besar tak akan berdampak signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Karena itu, uang yang besar juga mesti dibarengi dengan kepercayaan publik yang tinggi. Dan untuk mendapatkan kepercayaan publik, maka kuncinya adalah transparansi.
Sebagai ahli komputer, Taufiq memilih jalan digitalisasi untuk mewujudkan transparansi itu. Taufiq mengubah semua sistem pemerintahan Kalurahan Pleret jadi serba digital. Tak cuma untuk memudahkan dan mempercepat layanan, tapi juga memberikan akses kepada masyarakat untuk mengawasi kinerja dan pengelolaan anggaran oleh pegawai kalurahan.
Ia mengembangkan situs pleret.id. Dengan membuka situs tersebut, masyarakat bisa tahu apa saja jadwal harian lurahnya, siapa saja pegawai kalurahan yang datang terlambat, siapa saja pegawai yang sering bolos. Masyarakat juga bisa mengakses laporan keuangan desa yang diperbarui setiap bulan.
Dengan keterbukaan tersebut diharapkan tak ada lagi syak wasangka yang jelek terhadap pemerintah desa. Pelan tapi pasti, pemerintah bisa mendapat kepercayaan dari masyarakat. Dan ketika masyarakat sudah percaya dengan pemerintah, maka melibatkan mereka di dalam pembangunan desa akan lebih mudah untuk dilakukan.
Taufiq juga menuturkan, bahwa program pengembangan peningkatan kualitas diri masyarakat akan menjadi prioritas dengan tujuan agar masyarakat makin cerdas. “Kami akan mengurangi program pembangunan fisik lebih memprioritaskan pengembangan sumber daya manusia Pleret,” kata Taufiq.
Menurut Taufiq, masyarakat yang cerdas akan lebih mudah diajak mau untuk pembangunan desa, yang muaranya akan membawa kesejahteraan masyarakat. Untuk program ini, pihaknya telah mendapatkan program CSR dari Telkomsel.
Bila masyarakat sudah berpikir maju, diharapkan program yang telah dicanangkan akan mudah untuk diwujudkan. Salah satu PR besar adalah mengentaskan kemiskinan. Saat ini, Pleret yang berpenduduk 14 ribu jiwa. Dari jumlah itu 13 persen atau sekitar 2000 jiwa warga tergolong miskin.
Untuk mengatasi masalah tersebut, langkah pertama adalah tahu dulu siapa saja warga yang miskin. Selama ini, pemerintah desa tak pernah tahu detail hasil survei BPS soal kemiskinan di desa. Karenanya, Pemerintah Kalurahan Pleret, sedang mengembangkan QR Code yang ditempel di setiap rumah warga.
Data semua warga terekap di dashboard yang bisa diakses oleh lurah sehingga tinggal klik Lurah Pleret bisa langsung mencari data warganya. “Data profil penduduk bisa kita ketahui. Ada berapa jumlah janda, duda, dan lansia, siapa saja, umur, duda, cerai apa ditinggal mati, kondisi ekonominya bagaimana, kita tahu datanya,” tandas Taufiq Kamal.
Dengan data yang lengkap, detail, dan valid,tak ada lagi yang namanya bantuan salah sasaran, dan sebagainya. Program-program untuk mengentaskan kemiskinan juga bisa dirumuskan lebih tepat sesuai dengan kondisi masyarakatnya.
Karena bisa bersinggungan langsung dengan masyarakat, Taufiq mengatakan bahwa kalurahan memang memiliki posisi yang sangat strategis untuk mengatasi kemiskinan. “Permasalahannya bagaimana pemerintah itu bisa dipercaya, itu kunci. Kemudian tinggal dia mau bikin program apa, masyarakat pasti dukung,” kata Taufiq Kamal.
Kepada Wiradesa, Taufiq berencana meluncurkan fitur penilain aparat desa seperti konsumen ojek online bisa memberi rating pada driver. “Penilaian dari warga secara real time terkait kinerja pamong desa ini kunci penting agar pamong berlomba makin baik melayani warga. Nanti yang terbaik pasti ada insentif dan yang jelek ada disinsentif. Sekali lagi, pemerintah musti bisa dipercaya warga,” papar Taufiq.
Setiap program perbaikan tentu menghadapi kendala. Demikian juga yang dialami Taufiq saat melakukan program digititalisasi untuk transparansi kinerja desa. Pasti ada pihak yang selama ini sudah nyaman merasa terancam.
Bagi Taufiq, tantangan adalah hal yang biasa. Apalagi ia mengubah hal yang konvensional menjadi modern yang bakal menghilangkan praktek kecurangan dalam menjalankan program pemerintahan. “Anggap saja kita ini berada dalam satu ruang kelas, pasti ada anak yang nakal. Kita mencoba membina anak yang nakal menjadi lebih baik. Nah kalau sudah dibina tidak bisa ya sangsinya dikeluarkan,” tandas Taufiq. (*)