Termasuk Langka, Pohon Kepel Usia Tua Bisa Tembus Harga Rp 5 Juta

Proses pengangkatan dan pemindahan pohon kepel tua di Karangwetan menggunakan bantuan alat berat. Pohon kepel tersebut di pindah ke lokasi baru karena lahan lokasi tumbuh semula terjual untuk perumahan.(Foto: Wiradesa).

PERNAHKAH Anda makan buah kepel? Kepel termasuk buah langka. Kepel yang punya nama ilmiah Stelechocarpus burahol memang tak mudah dijumpai di pasaran seperti buah pada umumnya. Namun di perkampungan, terkadang masih bisa dijumpai pohon kepel yang berbuah.

Secara fisik, pohon kepel termasuk pohon rindang, dengan dedaunan lebat, batang tinggi, kalau subur berbuah lebat di batang. Ketika sudah tua, buah kepel siap petik. Setelah dipetik agar matang perlu diimbu disimpan dalam wadah ditutup. Setelah matang, kulit dikupas dengan pisau. Buah kepel rasanya manis. Dagingnya sedikit. Biji besar kecoklatan. Di sela biji, rasa buah kepel makin manis dan bau harum yang khas.

Dalam catatan Wikipedia, buah kepel termasuk flora identitas DIY. Meski begitu, di luar wilayah DIY wiradesa.co pernah menjumpai pohon kepel berbuah lebat dan besar. Disebutkan, buah kepel digemari putri kraton karena memiliki sejumlah khasiat. Membuat keringat beraroma wangi dan membikin air seni tak begitu tajam baunya.

Pemerhati tanaman Teguh Priyono menuturkan pohon kepel bahkan termasuk klangenan raja-raja Jawa dan putri kraton. Teguh yang juga abdi dalem Kadipaten Pakualaman (Puro Pakualaman) menuturkan, pembudidayaan kepel termasuk sulit karena belum bisa dicangkok. Pengembangan tanaman kepel hanya dari biji sehingga butuh waktu lama. Di pedesaan, pohon kepel yang sudah berbuah rata-rata berumur puluhan hingga ratusan tahun.

Baca Juga:  Mangkrak 10 Tahun, Masjid Baiturrohman Kembali Difungsikan

“Karena itu, banyak kolektor atau penggemar tanaman langka kemudian berburu tanaman kepel dengan cara membeli pohon tua untuk dipindah ke lokasi baru yang telah disiapkan. Jadi, di sekitar pohon kepel tanahnya dikeduk dalam, akar-akar kecil dipotong, sampai terangkat bersama tanah di sekitar bonggol. Diangkut dan dipindah bersama tanahnya untuk ditanam di tempat baru. Harga perpohon bahkan bisa tembus Rp 5 juta,” ungkap Teguh yang tinggal di Triwidadi Pajangan, Bantul.

Untuk menunggu kepel dari persemaian biji lanjut Teguh memang sangat lama. Karena makin banyak orang berburu pohon kepel untuk bisnis kini pohon kepel makin langka. Ditambah makin sedikit orang yang menanam. Kayu kepel bila sudah besar, bisa dijadikan bahan bangunan berkualitas bagus tahan puluhan tahun.

Bila ditanam di perkampungan, pohon kepel bisa menjadi pohon peneduh. Karena berdaun lebat. Pohon kepel dengan daun yang lebat kerap menjadi habitat beberapa jenis burung untuk bermalam. Misalnya burung hantu dan trocokan.

Sumadi, warga Karangwetan Salamrejo Sentolo Kulonprogo menuturkan, di kampungnya meski tidak banyak masih bisa dijumpai pohon kepel yang berbuah. Seperti di halaman Masjid Baitussalam gedung yang lama. Satu pohon kepel tumbuh dekat sumur. Juga satu dua pohon kepel masih bisa dijumpai di pekarangan warga.

Baca Juga:  Kemensos Beri Akses Penuh terhadap Proses Hukum di KPK

“Di Karangwetan pohon kepel usianya puluhan tahun. Bahkan ada pohon yang sudah berbuah ketika saya masih kecil. Sekarang umur saya 65 tahun dan pohonnya masih ada,” imbuhnya.

Meski tumbuh dan berbuah tapi pohon kepel sudah jarang dilirik untuk dipetiki buahnya. Paling hanya menjadi santapan burung atau kelelawar. Dan sesekali warga bisa memetik untuk sekadar mencicipi rasa buahnya. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *