YOGYAKARTA – Warga Daerah Istimewa Yogyakarta menyambut baik migrasi TV analog ke TV digital. Karena dengan TV digital, kualitas gambar dan suara lebih bagus, serta channel-nya lebih banyak. Jika dulu untuk mendapatkan siaran televisi dengan gambar dan suara bagus, serta channel banyak harus membayar, berlangganan TV kabel, sekarang gratis.
Mujimin SSos (45), aparat desa di Kalurahan Sambirejo, Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyambut baik program migrasi siaran dari TV analog ke TV digital. Meski tinggal di wilayah pegunungan, tetapi televisi di rumahnya sudah digital.
“Kebetulan TV di rumah sudah digital,” ujar Pak Je, panggilan akrab Mujimin, saat dihubungi Wiradesa, Kamis 16 Juni 2022. Dengan TV digital, kualitas gambar dan suaranya lebih baik. Kemudian saluran channelnya juga lebih banyak. Jadi kalau tidak secepatnya beralih ke TV digital tidak akan mendapatkan siaran televisi yang bersih, jernih, dan banyak pilihan saluran.
Sedangkan Katharina Kintan Anggaretha (21), seorang mahasiswi di Yogyakarta menyatakan dengan memakai TV digital, pilihannya makin banyak. Gambarnya juga jelas dan suaranya jernih. Channelnya lebih bervariasi dan jangkauan frekuensinya lebih luas.
Setahu Kintan, TV digital itu perangkat TV yang mampu menangkap siaran sinyal digital dalam bentuk bit data informasi, yang disajikan dalam streaming seperti youtube dan sejenisnya. Dia mengaku mendapatkan informasi tentang TV digital dari internet.
“Saya sih lebih senang TV digital ya karena banyak channel dan dari segi gambar juga jelas, jernih, dan dari suara juga lebih jelas. Channelnya lebih bervariasi karena jangkauan frekuensi yang lebih luas,” ujar Katharina Kintan.
Menurut Kintan, sudah saatnya masyarakat Indonesia, khususnya di DIY, memakai TV digital karena lebih efektif dan efisien. Warga harus menyesuaikan juga dengan perkembangan teknologi yang ada. Makanya, masyarakat harus lebih mengenal TV digital karena canggih dan mudah digunakan. Banyaknya channel yang didapat akan membuat pemirsa semakin banyak mengetahui informasi.
Budi Suryanto BA (64) seorang pensiunan mengenal TV digital dari penjaga toko elektronik di Yogyakarta. “Saya tahu informasi itu dari toko tempat saya beli TV. Berbeda dengan televisi saya sebelumnya, warna yang ditampilkan TV digital lebih bagus, terlihat lebih nyata,” paparnya.
Gambar yang ditampilkan lebih bagus dan suaranya jernih. Tidak ada bintik-bintik. Pak Budi mengatakan tidak masalah harus membeli TV digital karena memang sudah merencanakan beli baru. “Saya yakin kualitas yang ditampilkan TV digital jauh lebih baik dari TV tabung saya. Jadi saya merasa keputusan untuk beralih ke televisi digital menguntungkan saya,” tegasnya.
Setahu R Asty H (29) karyawan BUMN, TV digital itu TV yang menggunakan Set Top Box (STB). Dia mengaku tahu TV digital itu dari media sosial. “Kebetulan di rumah ada TV digital, jadi ketika ada info terkait cara pencarian sinyal dan lain-lain langsung saya coba, dan berhasil,” ujarnya.
Ternyata pencarian saluran TV digital tidak sulit, tinggal mengikuti step yang ada. Gambar yang dihasilkan TV digital jauh lebih jernih daripada analog, kualitas suaranya juga lebih baik. Tapi sayangnya, menurut Asty, channel yang tersedia masih terbatas.
“Kemarin malah sempat beberapa saluran hilang, tapi setelah dicoba lagi ternyata bisa. Di rumah sih tidak sering menggunakan TV digital. Saya lebih ke Youtube, Netflix, dan lain-lain karena memang saluran digital yang memang ada masih sedikit, jadi tidak banyak pilihan,” papar Asty.
Menurut karyawan BUMN itu, program Analog Switch Off (ASO) atau penghentian siaran televisi analog bagus karena bisa meningkatkan kualitas siaran yang diberikan ke masyarakat. “Saya mendukung migrasi ke TV digital,” tegas Asty.
Migrasi TV analog ke digital menurut Wilda Oktafiana (30), seorang pengusaha di Yogyakarta, sangat bagus. Meskipun dia mengungkapkan, jarang nonton TV, tapi sepengetahuannya kualitas gambar dan suara TV digital lebih baik daripada yang analog.
“Saya sempat mencoba (nonton TV digital) dan memang kualitas yang didapat jauh lebih baik, setara dengan TV yang berbasis internet seperti Youtube, Netflix, Disney+, dan lainnya. Kalau dulu untuk dapat gambar dan suara bagus kan harus (berlangganan) TV kabel ya, sekarang cukup dengan TV digital. Gratis lagi,” papar Wilda.
Semoga program migrasi ke TV analog ini diharapkan Wilda dan warga DIY lainnya, berjalan lancar dan hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. (Ilyasi)