Workshop Mendongeng Program Organisasi Penggerak Rumah Dongeng Mentari: Dongeng Tanpa Ekspresi Itu Hambar

Relawan RDM Regina Stela menyampaikan materi pada Workshop Mendongeng di Yogyakarta, Sabtu (2/7/2022). (Foto: Wiradesa)

YOGYAKARTA – Yayasan Rumah Dongeng Mentari (RDM) selama tiga hari, mulai hari Sabtu sampai Senin (4/7/2022) menyelenggarakan Workshop Mendongeng di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Program Organisasi Penggerak RDM ini diikuti guru-guru Taman Kanak-kanak dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo, dan Kabupaten Gunungkidul.

Pengelola RDM, Ayu Purbasari, menjelaskan lokasi workshop mendongeng secara luring, untuk hari Sabtu 2 Juli 2022 mulai pukul 09.00 sampai selesai di Aula Mustanir, Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta. Hari pertama yang menghadirkan narasumber Regina Stela dan Zidni Rahmatika diikuti para guru TK dari wilayah Kabupaten Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta.

Sedangkan hari kedua, Minggu 3 Juli 2022, di Pondok Makan Omah Mbeji, Jl. Tentara Pelajar, Beji, Wates, Kulonprogo. Workshop mendongeng yang diikuti para guru TK di wilayah Kulonprogo ini menghadirkan narasumber Arif Rahmanto dan Zidni Rahmatika. Selanjutnya hari ketiga, Senin 4 Juli 2022 di Warung Simbok Jl. Wonosari-Yogyakarta Km. 5 Bandung, Playen, Gunungkidul. Workshop di Gunungkidul juga menghadirkan pendongeng Arif Rahmanto dan Zidni Rahmatika.

Saat menyampaikan pembekalan kepada para guru TK dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul, Sabtu (2/7/2022), Regina Stela menekankan pentingnya ekspresi saat mendongeng. Menurut Kak Ela, panggilan akrab Regina Stela, cerita itu seperti makanan. Ada yang enak dan ada yang tidak enak. Dalam cerita, ekspresi adalah salah satu bumbunya. “Dongeng tanpa ekspresi itu hambar,” ujar Kak Ela. Cerita yang hambar membuat yang mendengar jadi tidak berselera untuk mendengarkannya.

Baca Juga:  Sandiaga Ajak SMSI Bantu Kebangkitan Sektor Pariwisata

Selain ekspresi, musik itu juga penting dalam bercerita. Musik itu salah satu cara yang paling mudah untuk membangun mood. “Terkadang saya di awal kelas dengan anak-anak seringnya menggunakan musik,” terang Kak Ela.

Guru-guru TK juga bisa mempraktikkan di ruang kelas. Dengan musik, para guru bahkan bisa membuat cerita. Anak-anak bisa diajak untuk berekspresi dan bercerita saat mendengarkan lantunan musik tersebut. “Bunda-bunda bisa mengajak anak-anak untuk berekspresi, dan berjalan sesuai irama musik. sekaligus tetap praktek untuk berekspresi,” pintanya.

Peserta workshop mendongeng, para guru TK, atau biasa disebut bunda-bunda diajak bermain peran oleh Kak Ela, dengan menggunakan jenis musik kerajaan. Ini salah satu musik yang paling disenangi anak-anak, saat Kak Ela mengajar drama di TK, tempat ia bekerja dulu. Guru-guru bermain peran sebagai Raja dan Ratu, sedangkan guru-guru lain yang menonton sebagai masyarakatnya.

Kak Ela mencontohkan bagaimana bercerita di depan anak-anak, bagaimana anak-anak bisa diajak berinteraksi dengan tetap menyesuaikan alur cerita. Bercerita bisa menggunakan medium atau barang apa pun yang mudah ditemukan di sekitar. Seperti Kak Ela mencontohkan 3 barang: kain selendang, potongan kayu, dan tabung yang terbuat dari kardus bekas. Lalu Kak Ela bercerita tentang pengelana yang mampir ke sebuah desa kecil yang miskin, untuk meminta makanan karena ia kehabisan makanan saat sedang dalam perjalanan.

Baca Juga:  Rona Mentari Menenun Nyala: Pentas Cerita Pertama untuk Remaja–Dewasa
Organisasi Penggerak RDM memberikan Storytelling Tolls kepada para guru TK. (Foto: Wiradesa)

Materi kedua tentang projek Pojok Dongeng yang diharapkan akan ada di tiap sekolah TK di DIY. Pentingnya Pojok Dongeng disampaikan oleh Zidni Rahmatika, relawan Rumah Dongeng Mentari. “Kami berharap Pojok Dongeng nanti bisa untuk bercerita, mendongeng, dan berekspresi, bagi guru dan anak-anak taman kanak-kanak,” ujar Zidni.

Untuk menghidupkan dan mengembangkan Pojok Dongeng, relawan RDM, memberikan Storytelling Tolls untuk masing-masing sekolah sasaran di 4 kabupaten dan 1 kota di DIY. Isi Storytelling Tolls, yakni diaroma bercerita, map kuning dan printable gambar (untuk bercerita), mengadopsi dari teknik bercerita gaya Jepang bernama Kamishibai, 2 buku dongeng anak karya relawan RDM, kantong cerita, dan whiteboard serta spidol.

Kepala Balai Penjaminan Mutu Pendidikan DIY, Dr Utama Singgih Budiarso SP MSc, yang menjadi salah satu Pengawas Pendamping Lapangan yang ditugaskan untuk Ormas RDM di Program Organisasi Penggerak ini memberikan motivasi dan semangat kepada ibu-ibu guru untuk menyerap semua materi yang diberikan oleh pemateri dari RDM. “Ini kesempatan yang luar biasa, bisa belajar langsung dari ahli dan praktisi di bidang mendongeng. Harapannya bisa diterapkan untuk anak-anak didik kita dan ilmunya bisa ditularkan ke guru-guru penerus kita selanjutnya,” ujar Singgih.

Baca Juga:  Rumah Dongeng Mentari Adakan Workshop Mendongeng “Imajinasi Indonesia”
Isi Storytelling Tolls. (Foto: Wiradesa)

Workshop Mendongeng secara luring yang merupakan kelanjutan program yang sama secara daring beberapa waktu lalu tersebut sangat bagus untuk memberi bekal kepada para guru TK di DIY. Para guru ini berperan besar untuk membentuk karakter anak-anak, calon pemimpin dan generasi penerus bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendidikan karakter ini sangat tepat jika disampaikan dengan metode atau dengan cara mendongeng. (Ono Jogja)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *