Anak-anak Makan Satu Piring Bertiga

Sapar Riyanto bersama tiga anak jalanan di Jakarta Pusat, Jumat (16/9/2022) malam. (Foto: Wiradesa)

JAKARTA – Sebagai mantan anak Jalanan, Sapar Riyanto (24), merasa hatinya terusik ketika melihat anak-anak jalanan makan satu piring bertiga dan minum satu gelas bertiga di Jakarta Pusat. Anak-anak itu ternyata bukan satu kandung, tetapi orangtuanya berbeda, dan mereka semuanya putus sekolah.

“Dua hari di Jakarta rasanya bosen di kamar. Saat keluar di malam hari, tiba-tiba saya melihat anak-anak yang luar biasa makan satu piring bertiga dan minum satu gelas bertiga,” ujar Sapar Riyanto kepada Wiradesa, Sabtu 17 September 2022.

Ketika Sapar mendekati ternyata anak-anak tersebut menjual tisu dan setelah sudah muter ibu kota ternyata dagangannya belum banyak yang laku. Mereka bertiga putuskan untuk istirahat makan dan minum bareng. Tiga orang ini, diketahui orangtuanya berbeda. Artinya bukan sekandung.

Rumah mereka di Kebayoran dan saat ditemui Sapar malam-malam masih berada di Jakarta Pusat. “Mungkin yang pernah hidup di Jakarta tahu jarak rumah mereka dengan Jakarta Pusat berapa kilometer. Tapi yang memprihatinkan, mereka semua putus sekolah belum lama ini karena alasan orangtua yang tidak mampu,” papar Sapar.

Baca Juga:  Berburu Kue Jadul di Pasar Legi Kotagede

Sapar Riyanto langsung teringat 12 tahun yang lalu ketika saat itu dirinya masih berjuang di jalanan untuk alasan perut dan keluarga. “Semangat adek-adek kelak kalian akan jadi orang sukses di masa depan. Aamiin,” bisik pekerja sosial ini.

Sebagai mantan anak jalanan dan sekarang menjadi aktivis Harapan Fian Yogyakarta, Sapar memiliki kepekaan yang tinggi terhadap masalah sosial. Putra pasangan Sutrisno, seorang tukang becak dan Sriwigati seorang pemulung ini berharap dan berusaha agar ketiga anak yang ditemui di Jakarta Pusat dan anak-anak yang bekerja di jalanan, memperoleh pendidikan yang layak.

Meski baru lulusan Kejar Paket B, Sapar Riyanto, bisa menduga dan merasakan sampai saat ini masih banyak anak-anak Indonesia yang terpaksa bekerja di jalanan. “Saya rasa masih banyak anak-anak yang terpaksa putus sekolah dan bekerja di jalanan. Hal ini terkait dengan angka kemiskinan di Indonesia yang cukup tinggi,” tegasnya.

Menurut Sapar, aparat pemerintah harusnya benar-benar menjalankan sila-sila Pancasila dalam menjalankan tugasnya sebagai abdi negara. Pekerja sosial ini menyangsikan apakah sila kelima Pancasila “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” sudah dijalankan dengan benar oleh mereka.

Baca Juga:  Jadi Anggota DKM, Lebih Peduli Sesama

Agenda Sapar di Jakarta, memenuhi undangan untuk mengikuti Workshop For Young Indonesians: Membuat Perubahan, Mendorong Pengambilan Keputusan. Sapar mewakili perkumpulan Harapan Fian Yogyakarta.

Selain Harapan Fian Yogyakarta, panitia juga mengundang Pusat Kebijakan dan Manajemen (PKPM) FK-KMK UGM, Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi Indonesia (Ilmagi), Dokter Gigi Berbagi, Intelegenzi, Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI), dan Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesia (PPPKMI).

Juga Inti Muda DKI Jakarta, Bidan Inisiator Indonesia, Diferensia Foundation, Children See Children Do, Simpul Remaja, Forum Remaja PKBI NTT, The Leader, North Sumatera YouthTobacco Control Movement, dan Yayasan Mentari Meraki Asa.

Semoga Sapar Riyanto, sebagai anak muda, mantan anak jalanan, mampu membuat perubahan dan mendorong pengambil keputusan untuk berpihak pada anak-anak jalanan yang putus sekolah. Jangan ada anak-anak jalanan yang tidak sekolah. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *