BANTUL – Ekosistem terkait dengan aktivitas perajin gerabah di Bantul terjadi dengan sangat menarik. Kolaborasi yang melibatkan pengusaha usaha mikro kecil menengah (UMKM), perajin, dan pengelola pariwisata layak untuk dijadikan model pengembangan perajin produk apapun di daerah.
Kolaborasi yang saling menguntungkan itu terlihat di obyek wisata Embung Potorono, Desa Potorono, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu 24 Oktober 2021. Pelaku usaha mainan menawarkan media lukis aneka produk gerabah kepada anak-anak.
“Bahan aneka produk gerabah ini kami ambil dari perajin gerabah di Pundong Bantul,” ujar Rochmadi, pelaku usaha mainan di pinggir Embung Potorono. Berbagai produk gerabah itu, antara lain tempat pulpen, vas bunga, tempat obat nyamuk, muk, cangkir, dan berbagai mainan anak.
Anak-anak tinggal memilih produk gerabah apa yang diinginkan untuk dilukis. Selanjutnya penyedia media lukis, akan memberikan kuas dan pewarna. Setelah lukisan jadi, dipersilahkan untuk dibawa pulang. Harga yang ditawarkan mulai Rp 5.000 sampai Rp 25.000, tergantung dari besar kecilnya gerabah.
Shaliha, salah seorang anak, memilih gerabah berbentuk binatang untuk dilukisnya. Dia tampak serius melukis gerabah di bawah rerimbunan pohon pinggir embung. Anak sekolah dasar ini bebas berkreasi sendiri untuk mewarnai gerabah buatan perajin gerabah Pundong Bantul. “Lukisanku ini abstrak,” kata Shaliha yang duduk di kelas 2 SD Lukman Al-Hakim Internasional Yogyakarta.
Salah seorang perajin gerabah asal Pundong, Suparman, mengaku senang dengan dijadikannya produk gerabahnya sebagai media lukis anak-anak. Dengan upaya itu, produk gerabahnya bisa laku dan tidak menumpuk di rumah. “Semoga ada banyak pengusaha mainan anak-anak yang menawarkan lukis gerabah di tempat wisata,” pinta Suparman.
Apa yang dilakukan Rochmadi perlu mendapatkan apresiasi. Karena sebenarnya usaha itu merupakan penciptaan ekosistem pengembangan perajin gerabah di DIY. Selama pandemi Covid-19, para perajin gerabah di Bantul, terpuruk karena sangat menurun penjualannya. Makanya untuk bangkit perlu kreativitas dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pelaku usaha UMKM dan pengelola pariwisata. (*)