YOGYAKARTA – Suka usil dalam arti positif, diakui Bagong Soebardjo sebagai bagian dari caranya berproses kreatif. Ia pun banyak mengisi waktu luang dengan menggambar kartun, karikatur, bikin karakter wayang hingga menulis buku cerita anak.
“Buku sudah puluhan judul. Cetak di sejumlah penerbit. Misalnya buku cerita Kingkong Pengen Mabur, buku dongeng Gajah Wong. Mulai menggambar, menulis, sejak 1979,” ucap Bagong Soebardjo saat ditemui di acara Parade Mendongeng bersama Rumah Dongeng Mentari di Gedung Temporer Museum Sonobudoyo, Yogyakarta, Sabtu 22 Oktober 2022.
Sebelum mendongeng dengan media wayang pada siang itu, Bagong mengatakan, dalam hidup, ia mengalir begitu saja. Tanpa rencana. Tanpa disadari, ternyata apa yang dilakukannya itu membawa manfaat.
“Dulu pernah membuat wayang boneka hingga difilmkan oleh Arswendo (Arswendo Atmowiloto-red) tayang di SCTV era 80-an pada serial telewayang Bajra Bagaskara,” kenang sosok yang pernah mengisi kartun ‘Srempet’ dan ilustrasi pada rubrik ‘Cerma’ SKM Minggu Pagi serta mengisi kartun lepas di Tabloid Nyata dan sekarang masih freelance mengisi kartun ‘Setel Kendo’ Koran Merapi.
Mengirim kartun ke koran-koran, lanjutnya, kini honor tak segede dulu. Tapi tetap ditekuni. Pada Parade Dongeng bersama Rumah Dongeng Mentari di Museum Sonobudoyo, di hadapan sekitar 40 anak, Bagong membawakan cerita Timun Mas. Sebagai pendongeng paling akhir yang naik panggung, kehadiran Bagong tampak sudah dinanti-nanti anak-anak. Saat namanya dipanggil, tepuk tangan anak-anak terdengar riuh.
Melalui dongeng, ia berhasil membawa imajinasi anak-anak larut dalam kisah saat ia menuturkan cerita dengan tokoh Pak Sruni, Bu Sruni, Buto Ijo dan Timun Mas.
“Pak Sruni dan Mbok Sruni sudah tua namun belum dikaruniai momongan. Singkat cerita ketemu Buto Ijo yang mau kasih momongan yang ditaruh di timun berwarna emas. Dengan perjanjian usia 12 tahun anak mau diminta kembali,” kata Bagong. Benar pada saat Timun Mas berusia 12 tahun, si Buto Ijo datang menagih kepada Pak Sruni dan Mbok Sruni meminta kembali Timun Mas.
Rupanya Timun Mas tak bersedia ketika mau diserahkan kepada Buto Ijo. Beruntung ia dibekali tiga bungkusan oleh seorang jogowono. Bungkusan berisi jarum, garam dan terasi. Ketika dikejar Buto Ijo, Timun Mas melemparkan jarum yang berubah jadi rumpun bambu mengurung Buto Ijo, dikejar lagi ia melempar garam membuat Buto Ijo perih kesakitan lalu terakhir melemparkan terasi hingga membuat Buto Ijo tenggelam dalam lendut.
“Cerita Timun Mas membawa pesan anak kecil yang berbakti kepada orangtua. Akan diserahkan ke Buto Ijo tak mau karena sudah dirawat baik sama Pak Sruni dan Mbok Sruni,” timpalnya.
Sebagai pendongeng, Bagong kerap diundang mendongeng berbagai kalangan. Ia biasa diundang mendongeng pada acara keluarga di desa terpencil hingga diundang mendongeng ke luar kota dan luar pulau seperti ke Jakarta dan Bali. Lewat dongeng, beberapa kali Bagong diundang ke luar negeri seperti ke Melbourne dan Singapura.”Di Rumah Dongeng Mentari (RDM) sudah sering diajak berkolaborasi. Di banyak event RDM, saya kerap dilibatkan,” terangnya. (Sukron)