SEMARANG – Melalui program Penguatan Desa Pemajuan Kebudayaan Kemendikbud, Sanggar Omah Cikal memulai penelusuran jejak-jejak perjalanan kesenian rakyat yang ada di wilayah Desa Ngrawan.
Lewat forum Jagongan Budaya Jumat 15 Oktober 2021 malam, dilaksanakan dialog di Sanggar Seni Reog Ngurawan. Kegiatan ini diikuti oleh pengurus, tokoh masyarakat dan pemuda. Tradisi lisan di pedesaan masih sangat kuat, dipakai untuk menyampaikan tradisi dan budaya secara turun-temurun.
Dari kisah sejarahnya, Mbah Yanto (Sesepuh Sanggar Seni Reog Ngurawan) menceritakan keterkaitan kesenian rakyat ini dengan Kerajaan Jenggala. Kisah Peperangan Kerajaan yang dipimpin oleh Panji Semirang melawan Prabu Klono Sewandono. Peperangan tersebut dimenangkan oleh Panji Semirang.
Dalam perjalanannya, Panji Semirang pernah beristirahat di kawasan Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, tepatnya di Prasasti Baturan.
Dalam singgahnya di Prasasti itu, Panji Semirang mengajarkan tarian kepada para pasukannya, yaitu tari Keprajuritan dan Reog.
Sanggar Seni Reog Ngurawan memiliki berbagai macam tarian, satu tarian yang sudah tua umurnya adalah tari Kepang Papat. Kepang karena kuda yang dipakai berbahankan bambu yang dikepang, Papat karena yang menarikan adalah empat orang.
Tarian ini diiringi oleh musik gamelan yang penabuhnya juga empat orang. Salah satu pesan yang ingin disampaikan melalui Kepang Papat ini adalah Saguh, Karep, Sabar, Narimo. Empat sifat untuk pegangan hidup.
Jagongan Budaya menjadi hal baru bagi pelaku seni di wilayah Desa Ngrawan. Forum berkumpul biasanya hanya dilakukan secara struktural dan administratif. Mengakibatkan distribusi pengetahuan melalui tradisi lisan sangatlah lamban.
Melalui aksi ini diharapkan mampu menjadi jembatan penghubung bagi cerita sejarah, makna, filosofi dan ilmu-ilmu pengetahuan yang terkandung dalam kesenian kerakyatan. (Dwi Purwoko)