Batik Bagian dari Diplomasi Budaya

YOGYAKARTA – Dikemas dalam balutan acara nan elegan, Desainer Afif Syakur meluncurkan buku yang memuat rekam jejaknya dalam berkarya, khususnya di bidang fesyen batik. Peluncuran buku setebal 310 halaman berjudul ‘Batikku Afif Syakur’ di Pendopo, Royal Ambarukmo, beberapa waktu lalu ini pun berlangsung meriah. Dihadiri GKR Hemas, GKR Condro Kirono, GKR Bendara, Gusti dan Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo beserta puluhan undangan relasi dan para pecinta batik.

Dalam sambutannya, GKR Hemas mengatakan, buku Batikku Afif Syakur yang telah lama digadang-gadang oleh Afif Syakur diharapkan dapat menjadi inspirasi. Inspirasi utamanya, lanjut GKR Hemas, tak lain berupa keuletan, ketelatenan berkenaan dengan sesuatu yang dicintai dan digeluti puluhan tahun yakni batik.

“Banyak hal telah dicapai. Mulai anak saya berumur 3-4 tahun sudah mengenakan batik yang dibikin Pak Afif. Karya Pak Afif dengan ciri khas Batik Nitik, sangat dibanggakan Kraton Yogya. Dedikasi tinggi pada seni batik, meski asli Pekalongan tapi Pak Afif terus-menerus menggali dan menyempurnakan motif-motif batik di Yogya sehingga tercipta batik-batik yang layak dibanggakan,” ucap GKR Hemas.

Baca Juga:  Lewat Ketoprak, Wamendes Ingatkan Warga Soal Disiplin Prokes dan Vaksin

Peluncuran buku sore itu diramaikan pula dengan talkshow dimoderatori Dr Ir Laretna Adi Sakti March, narasumber Afif Syakur serta editor buku Pramesti Ratnaningtyas. Acara ditutup lelang batik yang hasilnya didonasikan bagi Yayasan Sayap Ibu.

“Melihat buku ini yang tergambar adalah keuletan Mas Afif yang selalu mengerjakan (batik) dengan penuh cinta. Ulet, telaten sangat identik dengan buku ini,” kata Laretna Adi Sakti membuka dialog. Afif Syakur kemudian memaparkan, sebagai generasi keempat batik Pekalongan yang kental dengan nuansa karya batik sebagai komoditas ekonomi kemudian hijrah ke Yogya, ia bertemu dengan iklim yang berbeda. Bahwa di Yogya batik turut menjadi bagian dari budaya. Bahkan sebagai kota batik dunia tujuh kriterianya ada di Yogya.

Afif menuturkan, sebagai desainer dia bangga hidup di Yogya, menggeluti batik, mencintai batik. Selama ini ia selalu berusaha mengkreasi batik sebagai sesuatu yang indah, bisa dimiliki siapa saja. “Harapan saya, dengan buku saya ingin mengungkapkan bahwa batik bagian dari jiwa kita, batik tak sekadar diposisikan sebagai simpanan dan menjadi sesuatu yang ada di belakang. Tetapi lebih dari itu. Selain sebagai komoditas ekonomi batik sekaligus bisa menjadi bagian dari diplomasi budaya,” tuturnya.

Baca Juga:  Grup “Al Zamzami” MAN 3 Kulonprogo Raih Juara 2 Hadroh PKM 2024

Bagi Afif, berkreasi dengan batik tak berarti selalu mengulang yang sudah ada namun dia justru selalu dituntut untuk menciptakan sesuatu yang baru. Melalui batik pula dia menginginkan budaya kraton dapat dilihat masyarakat luas. (Sukron)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *