BANTUL – Kuliah sembari bekerja mencari penghasilan tambahan memang bukan fenomena baru bagi kalangan mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Sejak dahulu, kuliah sembari kerja menjadi solusi terutama bagi mahasiswa untuk membantu meringankan beban biaya kuliah yang mesti disangga orang tua mereka. Hanya saja variasi pekerjaan di zaman digital kini makin berkembang sehingga peluang menambah pundi rupiah makin terbuka.
Direktur CV Windra Mekar Prof Dwiyati Pujimulyani MP menganggap hal itu sebagai fenomena positif. Berapa pun besaran pendapatan dari hasil kerja sampingan yang ditekuni itu berarti telah ada usaha dari si mahasiswa untuk membantu orang tua. Di Windra Mekar, tenaga lepas di unit pengolahan usaha herbal kunir putih, temulawak, jahe merah banyak melibatkan mahasiswa dari berbagai daerah terutama yang menempuh studi di Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Bahkan selain ‘menolong’ mahasiswa dengan memberi kesempatan bekerja part time, Dwiyati memberi beasiswa bagi beberapa orang mahasiswa yang lolos seleksi.
“Sebagian memang mahasiswa Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Khususnya mahasiswa Fakultas Agroindustri Program Studi Teknologi Hasil Pertanian. Selain yang ikut kerja memang sebagian dari mereka yang kurang mampu mendapat beasiswa dari Windra Mekar,” terang Dwiyati.
Beberapa orang mahasiswa, lanjut Dwiyati, mendapat beasiswa penuh, paling banyak mencapai 30 orang mahasiswa, mereka mendapat kesempatan kerja. “Ada pula yang hanya minta dibantu pinjam uang saat tidak bisa bayar SPP,” kata Dwiyati, di kediamannya, Plawonan, Sedayu, Bantul, ditemui beberapa waktu lalu.
Bagi mahasiswa yang ikut bekerja di Windra Mekar, terlebih dahulu mereka mendapat pelatihan cara pengolahan herbal yang baik khususnya herbal kunir putih agar bermanfaat untuk masyarakat. Dari kegiatan bekerja di Windra Mekar banyak mahasiswa mengaku dapat mendapat ilmu pengetahuan, juga pengalaman dari praktik kerja sekaligus mereka beroleh uang saku.
“Bagi yang masuk pukul 06.00 sampai 16.00 mendapat uang saku Rp50 ribu, sedangkan yang masuk pukul 08.00 sampai 16.00 mendapat uang saku Rp40 ribu. Bagi yang di lapangan selain mendapat uang saku biasanya juga mendapat makan dua kali,” tutur Dwiyati yang juga menjabat sebagai Guru Besar Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
Mahasiswa Program Studi Peternakan Fakultas Agroindustri, Edi Saputra, menyampaikan, untuk bisa diterima bekerja di Windra Mekar cukup mudah. Syaratnya yang penting tekun, jujur, dan rajin.
“Motivasinya untuk bisa belajar dan bekerja langsung. Di sini kan ada penjualan, jadi bisa tahu proses penjualan itu bagaimana, pengolahannya bagaimana. Jadi bisa tahu proses produksi dan pemasaran yang baik dan benar. Selanjutnya bisa mendapat uang saku, paling tidak bisa dimanfaatkan untuk bayar uang kos,” imbuh Edi, mahasiswa asal Wonosobo ini.
Sementara itu, Elfina Larasati yang gabung ikut bekerja sembari kuliah menjelaskan, mahasiswa terlibat langsung dalam kegiatan yang dijalankan Windra Mekar, seperti produksi dan promosi. Menurutnya, yang paling penting adalah menjalankan kegiatan dengan satu misi, yakni mengabdi kepada masyarakat.
“Saya kadang membagikan brosur-brosur di kampus, di jalan, di masjid-masjid, dan di tempat-tempat umum lainnya. Tujuannya untuk memperkenalkan kunir putih kepada masyarakat. Harapannya kita bisa menjangkau masyarakat lebih luas lagi, sehingga masyarakat dapat mengetahui manfaat kunir putih yang diolah Windra Mekar,” katanya.
Sedangkan Ayu Eka Lestari mengatakan, kerja di Windra Mekar sangat fleksibel, sama sekali tidak mengganggu kegiatan kuliah. Bahkan dia masih turut serta aktif dalam kegiatan organisasi kampus. “Alhamdulillah nilai saya cukup memenuhi. Jika di perkuliahan hanya mendapat teori, tetapi di sini kami bisa mempraktikkan teori tersebut di dunia kerja secara langsung,” tegas Ayu Eka Lestari yang saat ini menempuh kuliah semester tujuh Program Studi Teknologi Hasil Pertanian. (Ilyasi, Sukron)