Bertahan Hidup di Masa Pandemi, Ready Bertani Hidroponik Selada dan Sawi

Ready menanam sayur-mayur dengan sistem hidroponik (Foto: Wiradesa)

SUMENEP – Di masa wabah Covid-19 banyak orang kehilangan pekerjaan. Banyak orang berpikir keras bagaimana caranya untuk bertahan hidup. Hal itu juga dilakukan Achmad Ready.

Menjadi guide di Arab Saudi jadi pekerjaan Ready sebelum Covid-19. Namun sejak wabah mulai menyebar, dia kehilangan lahan yang menjadi sumber ekonomi baginya tersebut. Ready memilih pulang ke kampung halaman.

“Dulu saya bekerja sebagai guide di Saudi. Namun karena Covid saya tak ada kegiatan lagi, akhirnya pulang ke rumah,” tuturnya saat ditemui Wiradesa.co di Desa Ging-Ging, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, pada Selasa 22 Juni 2021.

Mengganggur di rumah membuat laki-laki kelahiran Sumenep merasa jenuh. Akhirnya dia mencoba memulai kegiatan dengan menanam sayur-mayur dengan sistem hidroponik. Sistem pertanian semacam itu dia tahu dari jamaah haji dari Jakarta.

“Saya kenal hidroponik sejak 2018 dari jamaah-jamaah di Jakarta. Mereka sudah banyak mengikuti pelatihan-pelatihan hidroponik. Cuma pada saat itu saya tidak mau tahu soal itu. Karena saya masih bolak-balik dari sini ke Saudi. Gara-gara Covid, saya nyoba menanam, untuk menghilangkan rasa jenuh di rumah,” terangnya.

Baca Juga:  UGM dan UMKC Amerika Jajaki Kerja Sama Akademik dan Penelitian

Awal mencoba, dia menggunakan bak sebagai tempat penanaman sayur. Kemudian karena penanaman pertamanya dianggap berhasil, Ready akhirnya membeli 4 paralon untuk mencoba lebih banyak lagi. Seiring banyaknya permintaan sayur selada yang dia tanam, dia terus menambah peralatan, hingga halaman rumahnya yang berukuran kurang lebih 8×17 persegi penuh dengan tanaman hidroponik.

“Awalnya saya memakai bak sebagai tempat untuk uji coba. Dan yang ditanam pun dulu beragam. Ada tomat, cabai, sawi, selada, bayam. Tapi karena yang lainnya lebih lama panen, akhirnya saat ini saya fokus pada dua sayuran. Selada dan sawi,” terangnya.

Sayur yang ditanam tersebut dia jual ke kota, ke warung-warung makan. Ada juga yang dia antarkan ke rumah marketingnya. Setiap hari dia bisa mengantarkan 2-3 kali ke wilayah kota untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Pengantaran sayur tiap pagi siang dan sore.

Untuk harga selada perkilonya dijual Rp 30 ribu, harga satuan dia jual Rp 5 ribu. Dengan kisaran harga jual tersebut cukup bagi Ready untuk menafkahi keluarga selama pandemi. (Syarifuddin)

Baca Juga:  Realisasi APBD Sampai Maret 2022: Kulonprogo Pendapatan Tertinggi, Bantul dan Yogyakarta Belanja Tertinggi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *