SLEMAN – Untuk menanam apa pun, termasuk cabai merah keriting, dibutuhkan persiapan. Caranya dengan membersihkan lahan dari gulma, kerikil, ataupun batu. Kemudian bajak atau cangkullah tanah supaya lebih gembur.
Tri Budiyatna, salah satu petani di Kalibening, RT 05 RW 19, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, menuturkan kepada Wiradesa.co, Selasa (20/12/2022), jika tanah sudah gembur selanjutnya membuat bedengan. Lebar bedengan 1 meter dan tingginya harus cukup.
Idealnya, tinggi bedengan adalah 30 sampai 40 cm. Sebab, tanaman cabai bisa mati jika terkena genangan air yang terlalu tinggi. Dalam setiap bedengan dibuat lubang dengan jarak 50-70 cm dan kedalaman serta diameter lubang sekitar 10 cm.
“Bedengan yang saya bikin ini terdiri dari beberapa lapisan. Mulai dari pupuk dasar berupa kompos dan di atasnya ditimbun tanah. Kemudian dikasih ponska, TSP, gamping, dan ditimbun tanah lagi. Setelah itu, baru dipasang mulsa plastik,” tutur petani kelahiran 1966 ini.
Bedengan yang telah dipasang mulsa plastik sebaiknya tidak langsung ditanami. Namun, bagus jika ditunggu selama 15 hari. Tujuannya supaya pupuk utama yang digunakan benar-benar menyatu dengan tanah.
“Lima hari sebelum bibit cabai ditanam, lubang tanam di bedengan nantinya saya tambah sedikit kompos lagi. Tujuannya agar kebutuhan bibit cabai merah keriting yang mau saya tanam bisa tercukupi dan harapannya bisa tumbuh dengan sempurna,” katanya.
Tri Budiyatna juga menceritakan mengapa dia memilih akan menanam cabai merah keriting daripada varietas cabai lainnya. Menurutnya, karena jenis cabai merah keriting punya harga bagus dan menjanjikan. Di tingkat petani berada di kisaran Rp20.000 hingga Rp30.000 per kilogram.
Adapun lahan yang disiapkan petani Kalibening ini seluas 700 meter persegi. Kini di atas sawah 1 petak itu sudah berjejer 33 bedengan. Nantinya, setiap bedengan akan ditanami sebanyak 29-30 bibit cabai merah keriting.
“Ini sebenarnya saya belajar karena senang nyoba-nyoba dan senang mencari ilmu ke teman-teman petani. Kalau nantinya berhasil bisa dilanjutkan dan ilmunya bisa ditularkan juga kepada yang lain,” ujar petani berusia 56 tahun ini. (Ilyasi)