KEBUMEN – Cuaca begitu panas, tetapi buruh penambang pasir tetap bekerja giat. Semua dilakukan demi memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.
Masodi (49) bercerita, itulah keadaan mereka. Sebagai seorang penambang pasir harus kerja keras. Antar sesama penambang saling bekerja sama. “Kami mencari pasir di Sungai Lukulo atau biasa disebut kali buntu oleh warga sini,” imbuhnya.
Pembagian tugasnya, ada yang khusus mengambil pasir di sungai dua orang. Lalu, pasir dibawa menggunakan perahu ke pinggir daratan. Dari situ ada satu orang yang menyiduki pasir menggunakan sekop ke atas tanah. Apabila sudah disana, tinggal menunggu truk pengangkut pasir untuk membawa pasir tersebut. Biasanya pemasaran pasir ini sudah merata hampir di seluruh wilayah Kebumen.
“Jumlah permintaan pasir sekarang menurun,” urai Musodi atau biasa disapa Sinju, penambang pasir Desa Tanggulangin, Kecamatan Klirong, Kebumen, Minggu, 21 Maret 2021.
Akibat permintaan pasir menurun, pendapatan penambang pasir sedikit berkurang. Harga pasir dari penambang per rit sekitar Rp 200 ribu. Oleh sebab itu, sebagian besar memutar otak mencari pendapatan tambahan. Dituturkannya, alhamdulilah wilayah setempat mendukung. Selain sebagai penambang pasir, banyak juga yang sambil mengolah lahan pertanian. Hal tersebut bisa untuk tambahan pendapatan untuk keluarga.

Perjuangan sebagai penambang pasir memang luar biasa. Dari mulai mengambil pasir diongkrek menggunakan bambu secara perlahan diatas perahu.
Ketika Wiradesa.co berkunjung di lokasi tambang pasir, memang betul semua penuh perjuangan. Dari mulai akses jalan menuju lokasi. Sampai lokasi sarana jalan serba masih alami apa adanya. (Nur Anggraeni)